Israel Rencanakan Serangan Balasan ke Iran Sebelum Masa Pilpres AS

- Pejabat AS bocorkan rencana serangan balasan Israel ke Iran sebelum Pilpres AS pada 5 November 2024
- Komandan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, peringatkan Israel untuk tak mencoba melancarkan serangan balasan
- AS berupaya memberikan tekanan baru bagi Israel dengan memberikan ultimatum selama 30 hari ke depan untuk memberikan izin bantuan kemanusiaan ke Gaza atau akan memberlakukan embargo senjata kepada Israel
Jakarta, IDN Times – Beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) membocorkan rencana waktu serangan balasan Israel ke Iran terkait dengan serangan pada 1 Oktober 2024 lalu. Menurut penuturan mereka, serangan akan diadakan sebelum Pemilihan Presiden (Pilpres) AS pada 5 November 2024 mendatang. Rencana itu dikutip dalam pemberitaan CNN yang terbit pada Rabu (16/10/2024).
“Ini adalah sebuah deadline yang akan mendorong gejolak yang berkembang di Timur Tengah secara langsung ke pandangan publik dalam beberapa hari menjelang pemilihan presiden AS,” lapor media tersebut.
Media itu juga mengatakan bahwa topik terkait kapan pembalasan akan dilakukan masih menjadi perdebatan sengit di dalam tubuh Israel. Namun, tenggat waktu yang disebutkan pejabat itu tak berkaitan langsung dengan jadwal pemilihan di AS.
Perdana Menteri Israel juga disebut telah memperhitungkan secara matang dampak politik dari serangan tersebut. Terkhusus untuk konsekuensinya bagi AS sendiri.
1. Iran kembali peringatkan Israel soal risiko serangan balasan

Pada Kamis (17/10/2024), Komandan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, kembali mengeluarkan peringatan kepada Israel untuk tak mencoba melancarkan serangan balasan. Ia mengatakan, Iran tak akan takut untuk menyerang balik dengan konsekuensi yang lebih mematikan.
"Kami katakan kepada Anda (Israel) bahwa jika Anda melakukan agresi terhadap titik mana pun, kami akan dengan menyakitkan menyerang titik yang sama dengan Anda," kata Hossein Salami, dilansir Reuters.
Hossein juga menambahkan bahwa kemampuan rudal Iran saat ini dapat dengan mudah menembus sistem pertahanan udara Israel.
2. Konflik Israel-Palestina ciptakan tekanan bagi kubu Demokrat AS

Konflik Israel dan Palestina telah menjadi isu yang secara terus menerus muncul dalam Pilpres AS. Presiden Joe Biden dan Wakilnya yang menjadi calon untuk Pilpres, Kamala Harris, dari kubu Partai Demokrat terus menghadapi tekanan terkait penanganan mereka atas konflik tersebut.
Adapun pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump, terus mencoba menyalahkan pemerintah atas kekacauan itu. Menurutnya, pemerintah AS kini membuat krisis semakin parah.
Guna mengatasi hal itu, pada Minggu, AS berupaya memberikan tekanan baru bagi Israel. Dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Israel diberikan ultimatum selama 30 hari ke depan untuk memberikan izin bantuan kemanusiaan ke Gaza atau jika tidak, AS memberlakukan embargo senjata kepada Israel.
Namun, sebagai tanda dinamika politik yang menegangkan, surat itu tidak ditandatangani oleh presiden atau wakil presiden. Tidak satu pun dari mereka secara terbuka mengancam akan menghentikan bantuan ke Israel.
Dilansir Politico, hubungan dekat AS dan Israel juga tak akan membuat ultimatum tersebut berjalan mulus. Washington tidak akan menahan apa pun yang Israel inginkan.
3. AS kirim senjata pertahanan ke Israel

Sebagai bentuk dukungan untuk melawan Iran, Israel telah mengirin senjata pertahanan jenis Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) kepada Israel. Senjata itu dikerahkan pada Senin, bersamaan dengan 100 orang pasukan militer AS.
Dilansir BBC, Presiden Joe Biden mengatakan hal itu dimaksudkan untuk membela Israel, yang diperkirakan masih akan membalas serangan Iran. Sementara itu, sejumlah pengamat melihat pengerahan ini sebagai awal keterlibatan AS secara langsung dalam konflik tersebut.
Biden telah melarang Israel untuk menyerang fasilitas nuklir dan minyak Iran. Serangan tersebut dikhawatirkan akan memicu konflik yang lebih parah dan mempengaruhi ekonomi dunia.
Namun, apapun alasan di balik pengerahan tersebut, hal itu menandakan kebutuhan lebih lanjut bagi Israel akan bantuan pertahanan AS di tengah meluasnya perang Timur Tengah.