Buku Putih Pertahanan Jepang 2025: China, Korut, Rusia Disebut sebagai Ancaman

Jakarta, IDN Times - Jepang khawatir atas meningkatnya aktivitas militer China di sekitar negaranya. Hal ini disampaikan dalam buku putih untuk tahun 2025 tentang pertahanan pada rapat kabinet baru-baru ini.
"Kegiatan militer China dapat menimbulkan dampak serius terhadap keamanan Jepang," kata laporan tahunan tersebut pada Selasa (15/7/2025), dikutip dari NHK News.
Merespons hal ini, Tokyo meningkatkan kewaspadaan yang kuat terhadap percepatan aktivitas militer China di wilayah yang luas, yakni dari pantai barat daya hingga Pasifik.
1. Aktivitas mililter China langgar wilayah perairan-udara Jepang

Dilansir The Straits Times, laporan itu terjadi beberapa hari setelah kapal Penjaga Pantai China yang dilengkapi meriam kembali memasuki perairan Jepang dekat Kepulauan Senkaku yang disengketakan pada 9 Juli. Pada hari yang sama, sebuah pesawat pengebom tempur JH-7 China terbang dalam jarak 30 meter dari pesawat intelijen Jepang YS-11 di atas Laut China Timur.
Lalu, keesokan harinya, sebuah pesawat pengebom JH-7 kembali mendekati pesawat YS-11, dalam jarak 60 meter. Kementerian Pertahanan Jepang merilis foto-foto yang menunjukkan bahwa JH-7 mungkin dilengkapi dengan rudal udara ke udara. Pihaknya menekankan bahwa pertemuan tidak normal seperti itu membawa risiko signifikan berupa tabrakan udara yang tidak disengaja.
Insiden tersebut terjadi hanya sebulan setelah China mengerahkan dua kapal induknya, Liaoning dan Shandong, bersama dengan jet tempur J-15 di Pasifik barat. Saat itu, jet tempur J-15 China yang lepas landas dari kapal Shandong melakukan pendekatan jarak dekat yang tidak biasa terhadap pesawat patroli maritim P-35 Jepang. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran tabrakan.
2. Korut-Rusia juga ancaman bagi Jepang

Tidak hanya Beijing yang menjadi fokus Tokyo, laporan tersebut juga menyebut Korea Utara (Korut) dan Rusia sebagai ancaman. Pihaknya mencatat pengembangan rudal Pyongyang yang mampu membawa hulu ledak nuklir ke wilayah Jepang dan rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat yang dapat mencapai daratan Amerika Serikat.
"Korut menimbulkan ancaman yang semakin serius dan mendesak bagi keamanan Jepang," kata laporan setebal 538 halaman itu.
Tokyo juga menyoroti kerja sama militer Pyongyang-Moskow. Disebutkan, Pyongyang menyediakan rudal balistik dan senjata lainnya ke Rusia. Serta, pengiriman pasukan Korut untuk bergabung dengan Kremlin dalam pertempuran, yang semakin memperburuk situasi di Ukraina.
Laporan menambahkan bahwa Rusia mempertahankan operasi militer aktif di sekitar Jepang dan melanggar wilayah udara negara tersebut pada September. Pihaknya menyebut meningkatnya kerja sama strategis antara Moskow-Beijing telah menimbulkan kekhawatiran besar bagi keamanan Jepang.
3. Jepang perkuat kemampuan pertahanan

Buku putih tersebut menekankan perlunya memperkuat kemampuan pertahanan Jepang secara drastis di tengah situasi seperti saat ini.
AP News melaporkan, dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah mempercepat pembangunan militernya di pulau-pulau barat daya. Negara tersebut bersiap untuk mengerahkan rudal jelajah jarak jauh karena khawatir akan konflik di Taiwan.
Untuk diketahui, Taipei meluncurkan latihan militer selama 10 hari dengan amunisi langsung pekan lalu. Tindakan ini untuk berjaga-jaga terhadap ancaman invasi Beijing.
Tahun ini, Jepang akan mulai mengerahkan rudal jarak jauh yang dapat menyerang target dari luar jangkauan musuh. Rudal-rudal itu akan menjadi bagian dari kemampuan serangan balik negara. Awal bulan lalu, Tokyo menguji coba rudal darat-ke-kapal jarak pendek di dalam negeri.
Pada Maret, Kementerian Pertahanan Jepang meluncurkan Komando Operasi Gabungan. Langkah ini untuk menyatukan kepemimpinan Pasukan Bela Diri (SDF) darat, maritim, dan udara. Diharapkan, SDF dapat selalu membuat keputusan dan tanggapan yang cepat.