Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jerman Tuduh Rusia di Balik Perusakan Ratusan Knalpot Mobil

bendera Jerman (pexels.com/luna-groothedde)

Jakarta, IDN Times - Jerman, pada Rabu (5/2/2025), menduga bahwa Rusia berada di balik insiden perusakan knalpot kendaraan massal di negaranya. Insiden tersebut diduga sebagai salah satu upaya sabotase menjelang pemilu di Jerman.  

Pada November 2024, Kepala Badan Perlindungan Konstitusi Jerman (BfV), Thomas Haldenwang, memperingatkan ancaman sabotase dari Rusia. Ia pun mengungkapkan Moskow memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan langsung kepada NATO pada 2030.  

1. Lebih dari 270 kendaraan terdampak vandalisme

Sabotase ini telah menyasar lebih dari 270 kendaraan di sejumlah negara bagian di Jerman, meliputi Baden-Wuerttemberg, Berlin, Brandenburg, dan Bavaria. Kendaraan tersebut telah diisi oleh busa konstruksi dan ditempel dengan stiker Partai Hijau. 

Melansir Euronews, investigator awalnya menduga bahwa kasus ini dilakukan oleh aktivis lingkungan. Namun, terdapat laporan soal tiga pria asal Jerman bagian selatan yang masih diinvestigasi karena memiliki busa konstruksi di rumahnya. 

BfV menduga bahwa insiden ini adalah kampanye untuk merusak citra Partai Hijau menjelang pemilu parlemen. Pihaknya menduga ada keterlibatan Rusia dalam pemilu di Jerman dan menggunakan orang suruhannya. 

"Orang-orang ini telah direkrut secara online oleh Badan Intelijen Rusia (FSB) atau institusi negara lainnya untuk melancarkan sabotase dan aktivitas propaganda menjelang pemilu parlemen," terang BfV. 

2. Habeck sebut insiden sabotase ini bukanlah kejutan

Kandidat Kanselir Jerman dari Partai Hijau, Robert Habeck, mengungkapkan bahwa vandalisme dan perusakan knalpot kendaraan secara massal di Jerman ini bukanlah sebuah kejutan. 

"Partai kami sudah mengantisipasi insiden semacam ini. Saya yakin bahwa kita akan mengalami serangan semacam ini lebih banyak lagi dalam 2 pekan ke depan," ungkap Habeck, dikutip Deutsche Welle.

Politikus dari Partai Hijau, Konstantin von Notz, menyebut bahwa pelaku memang sengaja mendiskreditkan Habeck dan Partai Hijau menjelang pemilu pada 23 Februari. 

"Dalam beberapa bulan, spionase dan sabotase telah digunakan untuk memicu instabilitas, konflik, dan memecah belah masyarakat. Kami Partai Hijau sudah menduga sejumlah negara otoriter, seperti Rusia dan China berusaha melemahkan Jerman dan memanipulasi publik dan merusak proses demokrasi," tutur Von Notz. 

3. Peringatkan ancaman disinformasi dari Rusia

Ilustrasi bendera Rusia. (Dmitry Djouce, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Politikus dari Partai Demokratik Kristen (CDU), Thomas Erndl, mengatakan bahwa pemerintah cukup mengkhawatirkan upaya Rusia untuk mengintervensi pemilu di Eropa, terutama di Polandia dan Jerman. 

"Rusia terus berusaha dan tentu akan ada konsekuensi, yakni naiknya populatitas AfD. Kampanye itu termasuk menyebarkan keraguan soal institusi negara, menyebarkan narasi bahwa semuanya tidak berjalan baik dan menganggap warga asing dan pengungsi sebagai masalah besar," ungkapnya. 

Erndl menyerukan kepada pemerintah Jerman untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dan mendorong berbagai inisiatif dari pemerintah, beserta penambahan alokasi anggaran untuk militer. 

Ia menyebut, Jerman harus mengerahkan teknologi canggih dan modern yang dimilikinya, seperti di bidang kecerdasan buatan untuk menganalisis kasus sabotase ini.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us