Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jumlah Korban Luka di Gaza Meningkat 3 Kali Lipat sejak Mei 2025

serangan Israel di Jalur Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
serangan Israel di Jalur Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Layanan bedah darurat dan perawatan intensif runtuh di rumah sakit.
  • Jumlah kematian akibat kelaparan mencapai 251 orang, termasuk 108 anak-anak.
  • Israel terus lanjutkan kebijakan kelaparan terlepas dari kecaman internasional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Organisasi bantuan medis, Dokter Lintas Batas (MSF), mengungkapkan bahwa jumlah warga Palestina yang terluka akibat serangan Israel di Gaza telah meningkat tiga kali lipat sejak akhir Mei 2025. Kondisi ini semakin menambah beban sistem kesehatan di wilayah tersebut yang sudah hancur.

“Apa yang tersisa dari sektor kesehatan hanyalah kerangka rapuh, dan kini menghadapi kengerian baru,” kata Mohammed Abu Mughaisib, wakil koordinator medis MSF di Gaza, dalam sebuah pesan video pada Sabtu (16/8/2025), dikutip dari Anadolu.

Ia menambahkan bahwa banyak dari korban luka bahkan tidak sampai ke rumah sakit dalam keadaan hidup.

1. Layanan bedah darurat dan perawatan intensif telah runtuh di sejumlah rumah sakit

Mughaisib mengatakan bahwa pusat-pusat distribusi makanan yang dioperasikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS), telah berubah menjadi daerah kematian alih-alih titik aman bagi warga sipil.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hampir 1.924 orang telah terbunuh dan lebih dari 14 ribu lainnya terluka saat menunggu bantuan sejak GHF mulai beroperasi pada 27 Mei. Awal bulan ini, pelapor khusus PBB menyerukan agar GHF segera dibubarkan, dengan mengatakan bahwa bantuan yang ada dieksploitasi untuk agenda militer dan geopolitik yang terselubung.

Mughaisib menyebut layanan bedah darurat dan perawatan intensif, yang sebelumnya sudah lumpuh akibat berbulan-bulan perang, kini juga runtuh di sejumlah rumah sakit yang masih beroperasi. Ia pun menyerukan gencatan senjata segera serta akses kemanusiaan tanpa hambatan.

“Tanpa hal itu, tidak akan ada lagi yang tersisa untuk diselamatkan, baik rumah sakit, pasien, maupun masa depan,” tambahnya.

2. Jumlah kematian akibat kelaparan mencapai 251 orang

Sejak Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 61.827 warga Palestina dan melukai 155.275 lainnya. Kampanye militer ini juga telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyeret penduduknya ke ambang kelaparan.

Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 11 orang telah meninggal akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total korban jiwa akibat kelaparan dan malnutrisi bertambah menjadi 251 orang sejak perang dimulai. Dari jumlah tersebut, 108 di antaranya adalah anak-anak.

PBB menyebutkan bahwa satu dari lima anak di Gaza mengalami kekurangan gizi. Puluhan ribu warga Palestina mengantre untuk mendapatkan sepiring makanan, yang terkadang menjadi satu-satunya santapan mereka dalam sehari.

“Saya datang pukul 6 pagi ke dapur amal untuk mendapatkan makanan bagi anak-anak saya. Jika sekarang tidak kebagian, saya harus kembali lagi pada sore hari untuk mencoba kesempatan lain,” kata Zeinab Nabahan, seorang pengungsi Palestina dari kamp Jabalia.

Warga lainnya, Tayseer Naim, mengungkapkan bahwa jika bukan karena Tuhan dan dapur amal, ia mungkin sudah mati kelaparan.

“Kami datang ke sini pukul 8 pagi dan harus bersusah payah untuk mendapatkan kacang lentil atau nasi. Kami sangat menderita, lalu pulang sekitar tengah hari dengan berjalan sejauh kurang lebih satu kilometer,” ujarnya.

3. Israel terus lanjutkan kebijakan kelaparan terlepas dari kecaman internasional

Kantor Media Pemerintah di Gaza menyatakan bahwa Israel terus menerapkan kebijakan kelaparan dan pembunuhan secara perlahan terhadap lebih dari 2,4 juta orang di Gaza, termasuk lebih dari 1,2 juta anak Palestina. Adapun korban terbesar dari kejahatan genosida ini adalah anak-anak dan orang sakit.

“Lebih dari 40 ribu bayi (di bawah satu tahun) menderita kekurangan gizi parah, dan nyawa mereka terancam kematian bertahap,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa lebih dari 100 ribu anak-anak dan pasien juga berada dalam situasi serupa.

Mereka mengatakan bahwa meskipun ada kecaman internasional, Israel terus mencegah masuknya susu formula bayi, suplemen nutrisi, dan ratusan barang penting lainnya, termasuk daging beku, ikan, keju, produk susu, serta buah-buahan dan sayuran beku.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us