Kebakaran di Detensi Migran Meksiko, 40 Orang Tewas

Jakarta, IDN Times - Setidaknya 40 imigran tewas dalam kebakaran di detensi imigrasi di utara Meksiko, tepatnya di Ciudad Juarez, di dekat perbatasan kota Texas, Amerika Serikat (AS).
Ciudad Juarez berada di seberang perbatasan El Paso yang merupakan titik penyeberangan para imigran untuk masuk ke Negeri Paman Sam.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (29/3/2023), kebakaran yang terjadi pada Senin malam hari waktu setempat ini disebut sebagai insiden kebakaran paling parah di detensi imigrasi Meksiko.
1. Para imigran protes karena tahu akan dideportasi
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan bahwa kebakaran dipicu oleh mengamuknya para imigran ketika tahu bahwa mereka akan dideportasi. Para imigran lantas membakar kasur yang ada di detensi imigrasi dan menyebabkan kebakaran hebat.
Bahkan, penjaga detensi disebut-sebut langsung menyelamatkan diri tanpa mengupayakan pemadaman api terlebih dahulu. Para korban tewas dilaporkan berasal dari Honduras, Guatemala, Venezuela, Kolombia, Ekuador dan El Salvador.
2. Bentrokan kecil kerap terjadi antara migran dan penjaga imigrasi
Sementara itu, ketegangan antara penjaga detensi imigrasi dan para imigran memang kerap kali terjadi beberapa hari belakangan. Detensi imigrasi Ciudad Juarez memang penuh dengan migran yang menunggu gilirannya untuk menyeberang masuk ke AS.
Awal bulan ini, ratusan migran asal Venezuela bahkan mencoba menyeberang ke El Paso. Mereka mendengar kabar bahwa AS mengizinkan mereka masuk, namun ternyata berita itu hoaks.
Meksiko memang menjadi tujuan populer dan paling banyak didatangi imigran pencari suaka, setelah AS dan Jerman. Mereka harus tinggal di negara bagian tempat mereka mengajukan suaka di Meksiko, sambil menunggu proses selesai.
3. Meksiko mulai kekurangan sumber daya
Kondisi sejumlah detensi migran di Meksiko kini dilaporkan mulai kekurangan sumber daya, termasuk tempat penampungan. Sementara, makin banyak migran yang masuk ke Meksiko dengan tujuan ingin pindah ke AS.
Sejak menjabat sebagai Presiden AS, Joe Biden memang menghadapi tekanan politik untuk mencegah para pencari suaka melintasi perbatasan dan bisa berbondong-bondong masuk ke AS. Bahkan pada Juni 2021, Wakil Presiden AS Kamala Harris sempat mengatakan kepada para calon imigran dari Amerika Tengah agar jangan datang ke AS.