Kejahatan Islamofobia Meningkat Lebih dari 2 Kali Lipat di Jerman

Jakarta, IDN Times - CLAIM, aliansi Jerman yang memantau Islamofobia dan diskriminasi terhadap Muslim, pada Senin (24/6/2024) mengatakan bahwa kejahatan dengan motif Islamofobia telah meningkat lebih dari dua kali lipat di Jerman dibandingkan tahun lalu.
Dilansir DW, kelompok tersebut mencatat total 1.926 kasus kriminal, dengan rata-rata lebih dari lima kasus setiap harinya pada 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan lebih dari seribu kasus dibandingkan tahun sebelumnya.
Kejahatan yang paling umum terjadi adalah serangan verbal atau penghinaan, diikuti dengan kasus diskriminasi, ancaman dan pemaksaan. Perhitungan CLAIM juga mencakup empat percobaan pembunuhan dan lima kasus pembakaran.
1. Pemerintah dinilai kurang memperhatikan fenomena Islamofobia
Dilansir Reuters, Direktur CLAIM Rima Hanano mengatakan, pihak berwenang kurang memberikan perhatian atau bahkan menyangkal fenomena ini. Hal tersebut dibuktikan ketika partai-partai utama mengadopsi kebijakan dari partai-partai sayap kanan yang anti-Islam.
Alternatif untuk Jerman (AfD), yang dalam programnya menyatakan bahwa Islam bukan milik Jerman, menduduki posisi kedua dalam jajak pendapat selama setahun terakhir, sehingga mendorong partai-partai utama untuk berbicara lebih keras mengenai migrasi.
“Jalanan, bus, atau masjid bukan lagi tempat yang aman bagi umat Islam atau yang dianggap demikian. Rasisme anti-Muslim tidak pernah bisa diterima secara sosial seperti saat ini dan hal ini datang dari tengah masyarakat," kata Hanano pada konferensi pers di Berlin pada Senin untuk mempresentasikan laporannya.
Populasi Muslim di Jerman telah berkembang pesat, terutama sejak masuknya migran pada tahun 2015-2016. Jumlah mereka mencapai 5,5 juta jiwa atau 6,6 persen dari keseluruhan populasi Jerman.
2. Islamofobia dan antisemitisme meningkat setelah 7 Oktober
Laporan CLAIM mengungkapkan bahwa terjadi lonjakan kejahatan terhadap muslim di Jerman setelah serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober. Sementara itu, menurut perhitungan pemerintah Jerman dan LSM, serangan balasan Israel yang menghancurkan Jalur Gaza juga telah meningkatkan antisemitisme di negara itu.
Namun, di negara yang sangat sensitif terhadap antisemitisme akibat tragedi Holocaust, pihak berwenang Jerman lebih vokal mengecam masalah tersebut dibandingkan insiden Islamofobia.
Dalam sebuah video, Menteri Ekonomi Robert Habeck menuduh beberapa kelompok komunitas Muslim di Jerman terlalu ragu-ragu dalam menjauhkan diri dari kelompok Hamas atau kebencian terhadap orang Yahudi.
3. Dibutuhkan kemauan politik untuk melawan rasisme anti-Muslim
Menteri Keluarga Jerman, Lisa Paus, menyebut peningkatan kejahatan bermotif Islamofobia dan antisemit baru-baru ini adalah hal yang dramatis. Ia mengatakan bahwa pemerintah berusaha melakukan upaya pencegahan sejak dini dengan mendanai proyek-proyek masyarakat sipil yang menangani masalah tersebut.
Namun, Hanano menilai tindakan yang diambil sejauh ini belum memadai.
“Meskipun faktanya kami telah memperingatkan mengenai situasi ini selama bertahun-tahun, namun hal ini masih belum diakui. Yang benar-benar kita perlukan adalah kemauan politik untuk benar-benar melawan rasisme anti-Muslim," ungkapnya.