Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kekurangan Tentara, Australia Tawarkan Lebih Banyak Bonus Tunai

Bendera Australia. (Pexels.com/Hugo Heimendinger)
Intinya sih...
  • Australia menggelontorkan 600 juta dolar Australia untuk perekrutan cadangan pasukan pertahanan dan memberikan bonus tunai.
  • Upaya pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja, terutama dalam bidang pertahanan.
  • Dilaporkan pasar tenaga kerja nasional yang kompetitif dan tingkat pengangguran yang rendah telah memberikan tekanan pada kemampuan pertahanan untuk merekrut.

Jakarta, IDN Times - Australia akan menggelontorkan 600 juta dolar Australia (sekitar Rp6,2 triliun) untuk perekrutan cadangan pasukan pertahanan dan memberikan bonus tunai untuk mempertahankan pasukan. Hal ini merupakan upaya pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja, terutama dalam bidang pertahanan.

"Personel Angkatan Pertahanan Australia (ADF) adalah kemampuan terbesar kami, itulah sebabnya mengapa sangat penting bagi angkatan kerja pertahanan untuk memiliki orang-orang yang dibutuhkan guna membantu melindungi kepentingan strategis Australia," kata Menteri Pertahanan Richard Marles dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Straits Times pada Senin (4/11/2024).

1. Kurangnya tenaga kerja pertahanan menjadi masalah prioritas Australia

Dilaporkan, rencana tersebut diperkirakan akan dirilis pada 5 November, yang menyebutkan bahwa pasar pasar tenaga kerja nasional yang kompetitif dan tingkat pengangguran yang rendah telah memberikan tekanan pada kemampuan pertahanan untuk merekrut.

Tinjauan terhadap kekuatan pertahanan Australia tahun lalu mengidentifikasi tekanan tenaga kerja yang parah sebagai masalah prioritas. Hal ini pun berdampak dengan upaya pemerintah menaikkan anggaran pertahanannya mencapai rekor 51,5 miliar dolar Australia (Rp534,6 triliun) per tahun, hingga merenovasi pangkalan militer di utara dan memperoleh kemampuan serangan jarak jauh.

Skema bonus yang diperkenalkan tahun lalu juga akan diperpanjang hingga tahun 2028 dan diperluas hingga ke tingkat menengah, dengan menawarkan 40 ribu dolar Australia (Rp415,3 juta) kepada anggota pasukan pertahanan yang tetap tinggal untuk mengatasi kekosongan dalam pasukan.

2. Antisipasi China di kawasan, Australia perluas kemampuan militernya

Ilustrasi militer. (unsplash.com/Joel Rivera-Camacho)

Departemen Pertahanan menargetkan jumlah tenaga kerja pertahanan permanen sebanyak 69 ribu orang pada awal 2030-an. Ini dengan jumlah gabungan tenaga kerja pertahanan dan sipil secara keseluruhan sekitar 100 ribu orang pada 2040.

Tercatat, terdapat sekitar 57 ribu personel pertahanan permanen pada Juni, yang masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Canberra telah memulai serangkaian proyek ambisius untuk memperluas kemampuan militernya. Ini termasuk dengan mengucurkan anggaran hingga 368 miliar dolar Australia (Rp3,8 kuadriliun) untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan AUKUS dengan Amerika Serikat dan Inggris. Negara tersebut juga mengalokasikan 74 miliar dolar Australia (Rp769 triliun) untuk sistem rudal.

Aliansi trilateral tersebut sebagai respons untuk menghadapi ekspansi militer China di kawasan Indo-Pasifik, yang mana Australia telah berulang kali menyatakan kekhawatirannya yang semakin besar terhadap ketegasan Beijing.

3. Australia batalkan proyek satelit militer Lockheed Martin

Pada 4 November, Canberra membatalkan proyek satelit bernilai miliaran dolar dengan Lockheed Martin. Pihaknya mengatakan bahwa mereka akan mengalihkan fokusnya ke sistem multi-orbit untuk meningkatkan ketahanan Angkatan Pertahanan Australia. Meski begitu, pihaknya tidak menyebutkan nilai spesifik dari proyek yang dibatalkan itu, Reuters melaporkan.

Lockheed Martin Australia diumumkan sebagai penawar pilihan tahun lalu untuk sistem komunikasi satelit Geostationary Eart Orbit (GEO). Proyek tersebut akan memberikan sistem komunikasi satelit pertama yang dikendalikan oleh Australia di atas wilayah samudra Indo-Pasifik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us