Kenapa Rusia dan Ukraina Mati-Matian Memperebutkan Kota Mariupol?

Jakarta, IDN Times - Sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu, kota pelabuhan Mariupol telah menerima serangan. Sampai saat ini, serangan itu belum berhenti dan tentara Presiden Vladimir Putin melakukan pengepungan terhadap kota Mariupol.
Populasi Mariupol sekitar 430 ribu jiwa sebelum invasi dilakukan. Kini populasi itu telah menyusut sekitar separuhnya, dan itu sudah termasuk tentara Ukraina. Sebagian besar warga sipil telah dievakuasi, tapi masih ada ratusan ribu yang terjebak di tengah pertempuran.
Mariupol adalah salah satu kota paling menderita di Ukraina selain Kharkiv dan ibu kota Kiev. Dilansir BBC, Dmytro Gurin, seorang anggota parlemen Ukraina, menuduh Rusia mencoba membuat warga di kota itu kelaparan agar menyerah dengan cara pengepungan.
Selama sepekan terakhir, kondisi kota Mariupol kerap menjadi isu utama pemberitaan internasional. Mengapa kota ini begitu penting bagi Rusia dan mengapa Ukraina habis-habisan mempertahankannya? Berikut adalah penjelasannya.
1. Merebut Mariupol akan mencekik ekonomi Ukraina

Mariupol adalah kota di sebelah selatan Ukraina. Itu adalah kota pelabuhan Laut Azov, laut yang jadi bagian Laut Hitam. Di Mariupol, ada pelabuhan besar tersibuk di Laut Azov yang telah memberi banyak kontribusi perdagangan bagi Ukraina.
Pelabuhan Mariupol dibangun pada 1888-1889, ketika Kekaisaran Rusia mencaploknya. Pelabuhan itu terus berkembang sejak era Uni Soviet, dan semakin berkembang ketika Ukraina merdeka.
Menurut The Free Press Journal, pelabuhan Mariupol menangani 13 juta metrik ton kargo tahun lalu. Produk perdagangan dari Ukraina yang dikirim dari pelabuhan, termasuk baja, besi, dan biji-bijian seperti jagung dan gandum.
Produk besi dan baja Ukraina adalah salah satu industri strategis yang sangat menguntungkan. Moskow memahami bahwa merebut kota dan mengendalikan pelabuhan utama serta industri penting akan memberikan tekanan ekonomi kepada Kiev.
Dilansir Encyclopedia of Ukraine, kota terbesar di Donbass adalah Donetsk. Tapi penghasilan industri terbesarnya adalah Mariupol. Industri metalurgi besi dan baja serta mesin telah membuat Mariupol jadi salah satu kota industri raksasa di Ukraina.
2. Koridor darat penting antara Krimea dengan Donetsk dan Luhansk

Pada 2014, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea milik Ukraina. Di tahun yang sama, pemberontak pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk berhasil merebut Mariupol. Satu bulan kemudian, tentara Ukraina berhasil merebutnya kembali. Perang berhenti setelah perjanjian damai disepakati.
Letak kota Mariupol berada sekitar 100 kilometer dari Donetsk. Itu kota besar Ukraina yang letaknya berada di antara Krimea yang sekarang dikuasai Rusia, dengan Donetsk dan Luhansk yang dikuasai pemberontak pro-Rusia.
Selain Mariupol, ada pula Berdiansk dan Melitopol yang dikabarkan telah diduduki oleh Rusia. Menguasai Mariupol bagi Rusia menjadi sangat penting karena dapat menjadi koridor darat pasukannya dari Krimea dengan di Donetsk dan Luhansk.
Oleksiy Melnyk, seorang ahli militer dari pusat kebijakan publik Razumkov di Kiev, pada 2014 menjelaskan "sekarang, lagi-lagi, sepertinya isu membuat koridor darat ini bisa jadi agenda utama," katanya dikutip RFERL.
3. Mariupol jadi pijakan dua arah bagi Rusia

Keseriusan pasukan Rusia dalam pengepungan Mariupol telah menjadi salah satu fokus utama para pengamat perang. Mereka mengatakan bahwa jika Mariupol dikuasai, maka Rusia akan memiliki pijakan yang kuat untuk melakukan serangan dua arah.
Dilansir NBC News, Ben Barry dari International Institute for Strategic Studies di London menjelaskan, "sangat mungkin begitu Mariupol jatuh, itu akan melepaskan pasukan Rusia dari dua republik (Donetsk dan Luhansk) untuk mendorong barat ke Odesa atau mendorong utara dalam upaya untuk mengancam bagian belakang pasukan Ukraina yang beroperasi di Donbas."
Kejatuhan Mariupol memberi kemungkinan tiga skenario serangan Rusia selanjutnya untuk menggerogoti Ukraina. Ke barat di Odessa, ke utara di Dnipro, atau ke belakang pasukan Ukraina di Donbas.
Skenario pertama, Vladimir Putin melihat garis pantai Laut Hitam Ukraina sebagai milik sesuatu yang disebut Novorossiya (Rusia Baru), tanah Rusia yang berasal dari kekaisaran abad ke-18.
Sejauh ini tentara Rusia telah menguasai garis pantai selatan Ukraina, kecuali kota Mariupol dan Odessa di barat. Jika Mariupol jatuh, tentara Rusia bisa melancarkan tekanan ke barat, ke arah Odessa, membawa serta pasukannya yang sudah menguasai Kherson.
Jika Odessa juga jatuh ke tangan Moskow, maka Ukraina akan kehilangan akses ke Laut Hitam, jalur pelayaran berharga untuk mengekspor produk industri Ukraina.
Skenario kedua, jika Mariupol jatuh maka tentara Rusia akan ke utara menyerang kota besar Dnipro. Selanjutnya, pasukan bisa terus menusuk ke utara, bergabung dengan tentara Moskow yang sudah mengepung Kiev.
Skenario ketiga adalah pasukan Rusia berkumpul di Mariupol lalu ke utara, untuk melancarkan gempuran terhadap tentara Ukraina yang melawan pasukan pemberontak Donetsk dan Luhansk.
4. Pembangkit moral tentara Rusia

Keseriusan Rusia menaklukkan Mariupol dapat dilihat dari jumlah korban pasukannya. Sejauh ini menurut informasi yang berkembang, Rusia telah kehilangan dua petingginya ketika bertempur di Mariupol. Dua orang tersebut adalah Mayor Jenderal Andrei Kolesnikov dan Mayor Jenderal Oleg Mityaev.
Mityaev dikabarkan dibunuh oleh pasukan Brigade Azov, sebuah pasukan sayap kanan Ukraina yang bersimpati terhadap gerakan neo-Nazi. Perlu jadi catatan, salah satu alasan Putin menyerang Ukraina adalah 'denazifikasi' meski alasan itu tidak dipercaya oleh negara-negara Barat.
Jumlah pasukan Brigade Azov tidak banyak. Mereka hanya fraksi kecil dari pasukan Ukraina. Tapi jika Mariupol bisa diambil alih, maka itu bisa memberi suntikan moral tentara Rusia yang kabarnya lesu.
Dilansir BBC, Rusia bisa menangkap hidup-hidup sejumlah besar pejuang Brigade Azov, kemungkinan mereka akan diarak di media yang dikendalikan negara sebagai bagian dari perang informasi yang sedang berlangsung untuk mendiskreditkan Ukraina dan pemerintahnya.