Korut Ancam Organisasi Pengawas Sanksi PBB yang Diketuai Korsel

Jakarta, IDN Times – Korea Utara (Korut) mengeluarkan ancaman terhadap organisasi pengawas sanksi PBB yang diketuai Korea Selatan (Korsel) pada Senin (24/2/2025).
Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut Tim Pemantau Sanksi Multilateral (MSMT) sebagai kelompok hantu ilegal dan kriminal. Pihaknya berjanji akan mengambil langkah tegas terhadap setiap aksi yang melanggar kedaulatan negaranya.
”Korut tak akan pernah haus akan pencabutan sanksi. Namun juga tidak akan pernah mengabaikan provokasi AS dan para pengikutnya untuk melanggar kedaulatan sah dengan dalih penerapan sanksi. Kami akan melawannya dengan tindakan tegas," kata pejabat itu, dilansir Anadolu Agency.
MSMT dibentuk pada Oktober 2024 oleh 11 negara, termasuk Korsel, AS, dan Jepang. Melalui kelompok tersebut, mereka ingin memastikan penerapan penuh sanksi PBB terhadap Korut.
1. Marak ancaman di bawah pemerintahan Trump

Korut sebenarnya tak lagi menaruh perhatian pada ancaman sanksi. Sebab, sanksi terhadap Pyongyang kini tak bisa dikurangi ataupun ditambah.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Korut lebih khawatir provokasi militer di masa pemerintahan Presiden AS, Donald Trump. Dalam sebuah pernyataan pada 22 Februari, Washington disebut semakin memberikan ancaman nyata.
Korut mengacu pada latihan gabungan antara AS dan Korsel pada 21 Februari. Pasukan AS hadir secara langsung di semenanjung Korea membawa satu pesawat pembom strategis B-1B.
“Kami akan melawan ancaman strategis musuh dengan cara-cara strategis kami,” kata pejabat Kementerian Pertahanan, dilansir The Straits Times.
Korsel menyebut latihan itu sebagai latihan pertahanan semata. Namun, pejabat Korut itu bersumpah bahwa Pyongyang akan melanjutkan kegiatan militernya.
2. Upaya denuklirisasi total juga ditolak oleh Korut

Kecaman Korut terhadap Korsel dan AS bukan kali ini saja. Beberapa waktu lalu, Korut juga mengecam pernyataan trilateral antara Korsel, AS, dan Jepang di sela-sela konferensi tingkat tinggi di Munich Pekan lalu. Tiga negara itu bertekad mewujudkan denuklirisasi total di pyongyang.
Korut menyebut pernyataan itu ketinggalan zaman dan tak masuk akal. Pyongyang juga menjanjikan balasan yang lebih kuat terhadap hal semacam itu.
”Korut secara konsisten mematuhi garis baru untuk memperkuat kekuatan nuklir yang ditetapkan oleh Kim dan sepenuhnya menghalangi AS dan pasukan bawahannya atas ancaman kedaulatan,” katanya, dikutip ABC News.
3. Trump akan mendekati Kim Jong Un

Bulan lalu, Trump menyatakan akan mulai mencoba mendekat kembali ke pemimpin Korut, Kim Jong Un. Trump bahkan memuji Kim sebagai sosok yang cerdas.
”Dia menyukai saya dan saya cocok dengannya," kata Trump, dilansir Anadolu Agency (24/1/2025).
Pada 2019, Trump menjadi presiden AS yang pertama kali menginjakkan kaki di Korut. Langkah itu merupakan upaya negosiasi rudal nuklir Korut. Keduanya bertemu di wilayah Zona Demiliterisasi (DMZ).
Hubungan itu kembali merenggang saat pergantian kepemimpinan AS. Korut telah melakukan serangkaian uji coba rudal dan nuklir pada tahun-tahun berikutnya.