Kremlin Ancam Moldova: Jangan Ganggu Tentara Rusia di Transnistria

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Kamis (1/9/2022) memperingatkan Moldova untuk tidak mengganggu tentaranya di Transnistria. Bahkan, ia menyampaikan segala bentuk konfrontasi adalah bentuk serangan kepada Rusia.
Pada Juli lalu, Rusia telah memprotes Moldova atas penangkapan dua tentara Rusia di Transnistria ketika mendarat di Bandara Chisinau. Pasalnya, hal itu dianggap sebagai bentuk pemblokiran rotasi pasukan penjaga perdamaian Rusia di Transnistria.
Di sisi lain, Moldova menolak klaim Rusia dan menyebut bahwa pihaknya tidak menghalangi masuknya dua tentara tersebut.
1. Lavrov klaim Moldova sudah menerapkan Russophobia
Berdasarkan keterangan di atas, Lavrov mengutarakan peringatan tersebut ketika hadir di sebuah Sekolah Urusan Luar Negeri di Rusia pada Kamis. Ia juga mengecam adanya ancaman Moldova kepada pasukan perdamaian Rusia di Transnistria.
"Di Transnistria ada pasukan penjaga perdamaian kami. Grup personel militer tersebut yang menjaga depot amunisi terbesar di Eropa di Kolbasna. Semua harus paham bahwa segala bentuk aksi yang mengancam keamanan tentara kami, sesuai dengan hukum internasional, adalah serangan kepada Federasi Rusia," tutur Lavrov, dilansir European Pravda.
Di sisi lain, Lavrov menyatakan bahwa kebijakan Russophobia (fobia terhadap Rusia) terus dilancarkan oleh rezim Moldova saat ini.
"Sayangnya, kami melihat bagaimana kepemimpinan di Moldova tertarik dengan rayuan Barat. Tindakan provokatif dengan melancarkan Russophobia sudah jelas terjadi, sama seperti yang dilakukan di Ukraina," sambungnya.
2. Rusia siap melindungi warga penutur Bahasa Rusia di Moldova
Sehari sebelumnya, Lavrov menyatakan kesiapan Rusia untuk melakukan segala cara demi melindungi para penutur Bahasa Rusia di Moldova. Bahkan, ia juga memperingatkan negara Eropa Timur itu agar tidak terjebak dalam permainan geopolitik Barat.
Pada hari yang sama, Presiden Transnistria, Vadim Krasnoselsky, khawatir konflik di Ukraina akan merembet ke Transnistria. Ia memperingatkan bahwa Moldova bisa menjadi tempat pertikaian antara Rusia dan NATO, sehingga ia menginginkan negosiasi berformat 5+2.
Di lain sisi, Ukraina menyampaikan dukungan penuh terhadap integritas dan kedaulatan Moldova.
"Lavrov mengatakan Moskow akan mempertahankan penduduk penutur Bahasa Rusia di Moldova. Kami sudah melihatnya. Ini adalah alasan Rusia untuk menjustifikasi invasi ke Ukraina. Kami menegaskan dukungan penuh kami kepada kedaulatan dan integritas teritorial Moldova," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, dikutip Interfax.
3. Moldova inginkan dialog damai untuk menyelesaikan masalah Transnistria

Usai pernyataan Lavrov, Kementerian Luar Negeri Moldova memanggil perwakilan Rusia untuk menagih klarifikasi. Moldova mengingatkan bahwa negaranya akan menjamin semua hak penduduknya.
"Kami mengingatkan kepada Rusia bahwa Republik Moldova akan terus menjamin dan mengikuti fundamental hak asasi manusia dan kebebasan. Maka dari itu, kami akan menjamin semua hak dari minoritas termasuk warga penutur Bahasa Rusia," katanya, dilansir Associated Press.
Selain itu, Moldova juga terus menyerukan kepada Rusia agar masalah Transnistria diselesaikan lewat jalur damai.
"Chisinau akan tetap berkomitmen pada dialog damai terkait Transnistria dan menyerukan kepada Rusia untuk menarik pasukannya yang ditempatkan secara ilegal di teritori kami," kata juru bicara Kemlu Moldova, Daniel Voda, dikutip Reuters.