Kunjungi Guam, Taiwan Serukan Lawan Otoritarianisme

- Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menyerukan negara demokrasi bersatu melawan otoritarianisme di kawasan Indo-Pasifik.
- Lai tiba di Guam untuk memperkuat hubungan dengan negara Kepulauan Pasifik yang memiliki hubungan formal dengan Taiwan yang diklaim oleh China.
- Kunjungan Lai ke Hawaii dan Guam mendapat kutukan keras dari China yang menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya sendiri.
Jakarta, IDN Times – Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menyerukan kepada negara-negara demokrasi untuk bersatu melawan otoritarianisme guna menjaga perdamaian di kawasan tersebut. Seruan itu muncul di tengah kunjungannya ke Guam pada Kamis (5/12/2024).
"Dalam menghadapi ekspansionisme otoriter, semua negara dan kawasan yang memiliki pandangan yang sama harus bersatu dan berkolaborasi untuk menjaga demokrasi, perdamaian, dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik," kata Lai, dilansir Reuters.
Lai tiba di Guam pada Rabu malam dalam sebuah kunjungan ke tiga negara Kepulauan Pasifik. Negara-negara di kawasan ini memelihara hubungan formal dengan Taiwan yang diklaim oleh China.
1. Inginkan kerja sama yang lebih erat
Berbicara kepada wartawan di kediaman Gubernur Guam, Lou Leon Guerrero, dengan gubernur berdiri di sisinya, Lai menyebutkan kedekatan antara Taaiwan dan Guam. Menurutnya, keduanya memiliki akar Austronesia yang sama antara penduduk asli Taiwan dan Guam.
"Taiwan dan Guam seperti keluarga. Dan kami juga merupakan mitra yang sepemikiran," katanya, dalam komentar yang disiarkan langsung di stasiun televisi Taiwan.
Ia menambahkan, Taiwan dan Guam sama-sama terletak di Rantai Pulau Pertama. Ke depannya, kedua pihak harus bekerja sama lebih erat dan berdiri berdampingan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Guerrero berterima kasih kepada Taiwan atas dimulainya kembali penerbangan langsung dari Taipei ke Guam dan bidang kerja sama lainnya.
"Peluang untuk berkolaborasi tidak terbatas," katanya.
2. Taiwan sempat kunjungi Hawaii, dikecam China
Sebelumnya, Presiden Taiwan juga dikabarkan telah mengunjungi Hawaii, Amerika Serikat (AS). Kunjungan dua hari itu dilakukan di tengah memanasnya tensi antara China dan Taiwan, yang didukung oleh AS.
Dilansir BBC, Minggu, dalam kunjungan itu, Lai mengatakan perang tidak akan menghasilkan pemenang. "Kita harus berjuang bersama untuk mencegah perang," katanya.
Adapun China menyikapi kunjungan tersebut dengan kutukan yang keras. Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan mengatakan telah mengajukan protes serius kepada AS.
China menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya sendiri, dan menentang segala keterlibatan diplomatik dengan Taiwan oleh negara lain. Wilayah ini memisahkan diri pada 1949 setelah Perang Saudara China.
3. Taiwan tekankan nilai-nilai perdamaian
Berbicara dalam jamuan makan malam pada Sabtu yang dihadiri oleh pejabat negara, anggota Kongres, dan warga Taiwan yang tinggal di Hawaii, Lai mengatakan bahwa kunjungan hari itu ke Pearl Harbour telah menjadi pengingat akan pentingnya memastikan perdamaian.
"Perdamaian itu tak ternilai harganya, dan perang tidak mengenal pemenang. Kita harus berjuang, berjuang bersama untuk mencegah perang," katanya.
Dalam kunjungan lainnya, Lai juga mengunjungi Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Palau, satu-satunya negara kepulauan Pasifik di antara 12 negara yang mengakui kemerdekaan Taiwan.