Kurangnya Data COVID-19 China Persulit Kelola Kasus

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan kurangnya data COVID-19 di China membuat Negeri Tirai Bambu kesulitan mengelola kasus virus tersebut menjelang Tahun Baru Imlek dua pekan lagi.
Virus COVID-19 di China langsung melonjak setelah pembatasan terkait penyebaran virus tersebut dicabut. Warga China pun saat ini sudah diperbolehkan berwisata ke negara lain.
1. WHO belum punya data lengkap dari China

Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (12/1/2023), WHO mengaku, hingga saat ini, masih belum memiliki cukup data dan informasi dari China untuk membuat penilaian penuh terkait lonjakan virus tersebut.
"Kami telah bekerja dengan rekan-rekan di China," kata Direktur Departemen Siaga dan Respons WHO, Abdi Rahman Mahamud.
Abdi mengungkapkan, China telah memiliki strategi terkait pergerakan warganya ke sejumlah daerah dari yang berisiko tinggi hingga ke berisiko rendah.
"Tapi untuk memahami lonjakan kasus di China, kami butuh data itu," tuturnya.
2. China hapus aturan karantina

Per 8 Januari 2023 kemarin, China telah menghapus aturan karantina untuk para pengunjung yang ingin masuk ke negara tersebut.
Selain itu, China juga menghapus wajib tes antigen atau PCR per dua hari sekali, untuk warganya yang tidak bisa bekerja dari rumah.
Namun dengan longgarnya kebijakan di China ini, sejumlah negara pun menerapkan aturan baru yakni mewajibkan tes PCR untuk para pelancong dari China, baik itu warga China, warga asing maupun warga negaranya sendiri.
3. China tidak melaporkan angka kematian

WHO juga mengatakan bahwa China tidak melaporkan angka kematian akibat COVID-19. Informasi yang diberikan saat ini juga sangat minim.
Selama sebulan terakhir, otoritas kesehatan China melaporkan hanya ada lima kematian di China.