Latihan Militer Korsel-AS Usai, Seoul Kerahkan 19 Ribu Pasukan

Jakarta, IDN Times – Latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel) bersama Amerika Serikat (AS) sukses digelar selama 11 hari dan berakhir pada Kamis (20/3/2025).
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan, pihaknya telah menerjunkan 19 ribu pasukan dalam latihan gabungan kali ini. Latihan bertajuk Freedom Shield ini melibatkan berbagai matra, mulai dari darat, laut, udara, siber, dan antariksa.
”Freedom Shield dilaksanakan dalam menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang terus berkembang serta kerja sama militer yang semakin dalam dengan Rusia,” kata militer Korsel, dilansir Yonhap.
Latihan yang berlangsung sejak 10 Maret itu mencakup operasi pusat kendali gabungan Korsel dan AS, partisipasi anggota Komando PBB, serta 51 latihan manuver lapangan gabungan.
Latihan ini merupakan antisipasi awal ancaman Korea Utara (Korut) terhadap Korsel. Seoul dan Washington yakin, latihan semacam itu akan memberikan efek penggentar kepada Pyongyang.
1. Bertekad hadapi ancaman Korut
Pada kesempatan itu pula, Ketua JCS Laksamana Kim Myung Soo mengadakan diskusi mendalam dengan kepala Komando Angkatan Gabungan (CFC) mengenai dampak kerja sama militer Pyongyang dan Moskow di Semenanjung Korea.
"Kami akan mempertahankan sikap kesiapan yang kuat untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Semenanjung Korea," kata Kim.
Jenderal Xavier Brunson, komandan Komando PBB, CFC, dan Pasukan AS di Korea, menyuarakan pandangan serupa.
"Latihan seperti Freedom Shield 25 memastikan bahwa pasukan kita tetap siap untuk menanggapi ancaman apa pun, menegaskan kembali komitmen bersama kita terhadap keamanan regional," kata Brunson.
Dalam unggahan terpisah di X pada Kamis, jenderal AS tersebut menekankan bahwa aliansi ini sangat kuat. Ia mengungkapkan bahwa kekuatan gabungan tersebut siap menghadapi ancaman apapun.
2. Korut kecam latihan militer tersebut

Pekan lalu, Korut mengecam latihan militer yang diadakan dua negara sekutu tersebut. Laporan Kantor Berita Korut menuduh bahwa dengan latihan itu, dua negara aliansi berusaha meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
”Korsel dan AS tengah menggelar latihan militer dengan cara yang sangat heboh tahun ini. Hal ini mengungkap siapa yang bertanggung jawab atas memburuknya ketegangan di Semenanjung Korea," kata KCNA dilansir Korea Herald.
KCNA juga mengecam latihan tersebut sebagai demonstrasi perang yang invasif dan konfrontatif. Korut mengklaim bahwa Korsel berupaya menerapkan Rencana Operasi 2022 dengan melakukan serangan pendahuluan terhadap Pyongyang.
3. Korsel tak komentari soal rencana operasi 2022

Rencana Operasi 2022 adalah skenario militer gabungan yang dirancang oleh Korsel dan AS untuk menanggapi jika terjadi perang habis-habisan di Semenanjung Korea.
Dikembangkan pada 2022, rencana tersebut mencakup langkah-langkah untuk menanggapi jika Korut menggunakan senjata nuklir taktisnya. Menurut laporan setempat, rencana tersebut telah dilaksanakan sejak Agustus 2024.
Terkait klaim Pyongyang bahwa latihan tersebut ditujukan untuk serangan pendahuluan, Kementerian Pertahanan Korsel menolak berkomentar. Mereka menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengungkapkan rincian latihan yang berlangsung.
Dalam laporan terpisah, Rodong Sinmun, surat kabar Korut, menyuarakan sikap KCNA dengan menyebut latihan itu sebagai latihan perang nuklir yang menargetkan rezim Korut dan rakyatnya.
“Setiap tahun, AS dan bonekanya Korsel memobilisasi peralatan perang nuklir terbaru dan pasukan invasi besar-besaran,” katanya.
Korut telah melakukan uji coba peluncuran rudal balistik dalam beberapa bulan terakhir. AS dan Korsel juga kini semakin meningkatkan kesiapsiagaannya.