Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Marahnya China Ketika AS Cabut Visa Pelajar Mereka

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (kiri) dan bendera China. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (kiri) dan bendera China. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • China menentang AS mencabut visa pelajar mereka
  • Mao Ning menyatakan keputusan AS merugikan dan diskriminatif
  • Pakar mengkritik langkah AS, memperingatkan kerusakan citra global Amerika
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - China menentang keputusan Amerika Serikat (AS) mencabut visa pelajar mereka. Negeri Tirai Bambu langsung mengajukan protes pada Washington atas keputusan tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning menegaskan, tindakan AS tidak dapat dibenarkan. Terlebih, kata Mao, AS menggunakan ideologi dan keamanan nasional sebagai dalihnya.

"Keputusan sepihak AS secara serius merugikan hak dan kepentingan hukum mahasiswa internasional dari China, dan mengganggu pertukarang antarmasyarakat antara kedua negara," ucap Mao, dikutip dari Global Times, Jumat (30/5/2025).

1. Keputusan bermotif politik dan diskriminatif

Dalam jumpa pers, Mao menegaskan, keputusan AS bermotif politik dan sangat diskriminatif. "Tindakan ini menyikap kemunafikan AS atas kebebasan dan keterbukaan," tegas Mao.

Ia menambahkan, keputusan tersebut akan semakin merusak citra dan reputasi AS.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan, mereka akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk secara agresif mencabut visa bagi pelajar China. Washington juga akan merevisi kriteria visa unutk meningkatkan pengawasan terhadap semua aplikasi mendatang dari China.

Sejumlah pakar mengkritik langkah AS tersebut. Mereka memperingatkan bahwa mempolitisasi pertukaran pendidikan hanya akan merusak fondasi kolaborasi akademis dan mengikis daya saing AS.

2. Merusak AS sendiri

Wu Xinbo, direktur Pusat Studi Amerika di Universitas Fudan, mengatakan bahwa langkah AS tersebut merupakan kelanjutan yang jelas, dan eskalasi strategi tekanan pemerintahan Presiden AS Donald Trump terhadap China. Menurutnya, akan berdampak baik secara pendek hingga panjang.

"Ketikan aliran mahasiswa China berkurang, AS berisiko mengikis daya saingnya dalam penelitian dan inovasi," ucap Wu.

Seorang profesor dari Universitas Iowa, Christopher Merrill mengungkapkan, tindakan ini menyebabkan lebih banyak kerusakan pada citra global Amerika daripada yang dapat dibayangkan. Pasalnya, bagi Merrill, mahasiswa internasional membuat perbedaaan besar di universitas AS.

"Mereka membuat Amerika lebih kuat, baik dan menarik. Apa yang dilakukan pemerintah hanya akan membuat Amerika lebih lemah dan kurang cerdas," terangnya.

3. Mahasiswa China di AS marah besar

Keputusan tersebut juga membuat marah mahasiswa China yang sudah ada di AS. Julian Lei, mahasiswa magister Tiongkok di University of Texas di Austin sangat khawatir apakah ia dapat diizinkan kembali ke AS jika ia pulang ke China untuk libur musim panas.

Wang Zichen, yang baru saja lulus dengan gelar Magister Kebijakan Publik mengatakan, tindakan pemerintah AS mengirimkan pesan yang jelas kepada generasi muda China bahwa Amerika adalah negara yang bermusuhan, tidak dapat diprediksi, dan tidak ramah.

Wang juga mencatat bahwa mahasiswa China di AS telah memberikan kontribusi penting bagi ekonomi, sains, dan penelitian di kampus-kampus Amerika. "Keputusan terbaru tersebut tidak hanya merugikan para mahasiswa ini dan memperburuk hubungan AS-China, tetapi juga secara picik merusak kepentingan strategis dan ekonomi jangka panjang AS," tambahnya.

Wang percaya bahwa selama puluhan tahun, banyak mahasiswa China yang belajar di AS kembali ke rumah tidak hanya dengan membawa keahlian, tetapi juga rasa hormat terhadap masyarakat yang telah menerima mereka secara terbuka. "Masa-masa itu telah berlalu, dan AS sedang menembak kakinya sendiri. Hilangnya kekuatan lunak tidak terukur," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us