Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menkeu Israel: Rencana Pemindahan Warga Gaza Akan Segera Dimulai

reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengumumkan rencana pemindahan warga Gaza akan dimulai dalam beberapa minggu ke depan. Tim Israel disebut telah memulai persiapan bersama tim Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait implementasi rencana pemindahan massal tersebut.

Persiapan ini melibatkan dua komponen utama yang akan dijalankan secara bersamaan. Pemerintah Israel akan mencari negara-negara yang bisa menerima warga Gaza, sekaligus mengatur operasi logistik pemindahan penduduk dalam jumlah besar.

Dilansir Middle East Eye pada Selasa (18/2/2025), rencana ini akan dimulai secara bertahap dalam skala kecil. Namun, skala pemindahan akan ditingkatkan secara bertahap seiring berjalannya waktu.

1. Tidak ada masa depan lagi di Gaza

Smotrich menilai warga Gaza sudah tidak memiliki masa depan di wilayah tersebut selama 10-15 tahun ke depan. Penilaian ini didasarkan pada tingkat kehancuran masif akibat pemboman Israel selama 15 bulan terakhir.

"Warga Gaza tidak akan punya masa depan di wilayahnya selama 10-15 tahun mendatang. Saat perang berlanjut dan Gaza hancur seperti Jabalia, tidak akan ada lagi yang tersisa di sana," kata Smotrich.

Dilansir Times of Israel, Smotrich berencana mengajukan voting di rapat kabinet terkait implementasi rencana Trump. Ia akan menuntut Hamas membebaskan semua sandera atau Israel akan menghentikan total bantuan air, listrik, dan bahan bakar ke Gaza.

Smotrich juga menginginkan aneksasi wilayah Gaza bagian utara, Koridor Philadelphia di selatan, serta beberapa area strategis lainnya. Ia mengancam akan mengambil alih 5 persen wilayah Gaza sebagai balasan jika ada sandera Israel yang terluka.

Selain itu, ia mengklaim pemerintahan Joe Biden sebelumnya telah menciptakan banyak batasan. Namun, Trump disebut telah memberikan legitimasi penuh bagi Israel dalam rencana pengambilalihan Gaza.

2. Netanyahu dukung rencana Trump untuk Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan komitmennya terhadap proposal Trump. Melansir Al Jazeera, Netanyahu menyatakan baik Hamas maupun Otoritas Palestina tidak akan memerintah Gaza setelah perang berakhir.

Trump sebelumnya menyampaikan dukungan terhadap rencana pemindahan massal warga Gaza ke Mesir dan Yordania. AS berencana mengambil alih Gaza dan mengubahnya menjadi "Riviera Timur Tengah".

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, membentuk direktorat khusus untuk memfasilitasi warga Gaza yang ingin pindah. Unit Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah Pendudukan (COGAT) telah menyiapkan proposal bantuan bagi warga Gaza yang bersedia pindah. Bantuan tersebut meliputi penyediaan transportasi melalui jalur laut, udara, dan darat.

Pemerintah Israel yakin sebagian besar warga Gaza akan memilih meninggalkan wilayah mereka. Hal ini mengingat kondisi Gaza yang dinilai sudah tidak layak huni akibat serangan Israel selama lebih dari satu tahun.

3. Negara Arab siapkan proposal tandingan untuk masa depan Gaza

sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan pentingnya menghindari segala bentuk pembersihan etnis. Ia mengingatkan hak warga Palestina untuk hidup di tanah mereka sendiri.

Arab Saudi memimpin upaya negara-negara Arab mengembangkan proposal tandingan terhadap rencana Trump. Proposal ini meliputi pembentukan dana rekonstruksi yang dipimpin negara-negara Teluk dan kesepakatan untuk menyingkirkan Hamas.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak upaya pengusiran warga Palestina dari tanah mereka. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam rencana Trump sebagai pelanggaran hukum internasional yang dapat dikategorikan sebagai pembersihan etnis.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan Amerika tetap terbuka terhadap proposal alternatif dari pemerintah Arab. Namun menurutnya, satu-satunya rencana yang tersedia saat ini adalah rencana Trump.

Melansir The Guardian, negara-negara Arab telah menjadwalkan pertemuan tingkat tinggi membahas rekonstruksi Gaza dan opsi pemerintahan masa depan. Liga Arab juga akan menggelar sidang khusus membahas isu ini pada akhir Februari mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us