Organisasi HAM Tuduh Israel Perburuk Krisis Kemanusiaan Gaza

Jakarta, IDN Times - Delapan organisasi bantuan internasional mengecam Israel karena mengabaikan ultimatum Amerika Serikat (AS) terkait krisis kemanusiaan di Gaza. Organisasi ini termasuk Norwegian Refugee Council, Oxfam, Refugees International, dan Save the Children. Mereka menyatakan Israel gagal memenuhi mayoritas tuntutan AS yang diberikan pada 13 Oktober 2024.
Laporan koalisi organisasi HAM tersebut telah dirilis pada Selasa (12/11/2024). Israel dinilai gagal memenuhi kriteria AS untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza. Israel justru dinilai mengambil tindakan yang memperburuk situasi di lapangan.
Laporan tersebut muncul tepat saat berakhirnya tenggat waktu 30 hari yang diberikan AS kepada Israel. Washington sebelumnya mengancam akan memberlakukan sanksi jika Israel tidak berusaha mengatasi krisis kemanusiaan akut di Gaza.
1. Israel gagal penuhi 15 dari 19 tuntutan kemanusiaan AS
Dilansir dari Al Jazeera, analisis dari delapan organisasi kemanusiaan menunjukkan Israel gagal memenuhi 15 dari 19 tuntutan yang diajukan AS. Mereka diminta memastikan minimal 350 truk bantuan masuk ke Gaza setiap hari. Namun, target tidak tercapai.
Data resmi Israel menunjukkan jumlah truk bantuan yang masuk sangat minim. Pada Oktober, rata-rata hanya 57 truk per hari yang masuk Gaza. Angka ini meningkat sedikit menjadi 81 truk per hari di minggu pertama November.
PBB mencatat angka yang lebih rendah yaitu rata-rata 37 truk per hari sejak awal Oktober. Padahal, Gaza diperkirakan membutuhkan setidaknya 500-600 truk bantuan per hari.
AS juga menuntut Israel membuka akses pintu masuk kelima ke Gaza dan memastikan akses organisasi bantuan ke Gaza Utara. Selain itu, Israel diminta menghentikan legislasi yang menghambat operasi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
2. Bantuan makanan ke Gaza turun ke level terendah
Jumlah bantuan makanan yang masuk merosot ke level terendah sejak Desember. Hanya 8.805 ton bantuan makanan yang berhasil melewati pos pemeriksaan Israel bulan ini.
Lebih dari 80 persen dari total 2,3 juta penduduk Gaza kini harus mengungsi. Sementara, lebih dari dua pertiga bangunan di wilayah tersebut hancur atau rusak dalam 13 bulan perang.
"Bencana kemanusiaan di Gaza adalah hasil dari penghalangan sistematis bantuan, pemboman tanpa henti, dan kegagalan dalam melindungi warga sipil," ujar Katy Crosby, direktur senior kebijakan dan advokasi AS di Mercy Corps, dilansir dari The Guardian.
Kritik serupa juga datang dari organisasi bantuan lainnya. Presiden Oxfam America, Abby Maxman, mengecam Israel yang melakukan pemboman dan pengusiran penduduk Palestina di Gaza Utara.
"Kami menyaksikan pembersihan etnis disini," ujarnya.
3. AS tidak sanksi Israel meski bantuan ke Gaza minim
Israel membantah tuduhan bahwa mereka sengaja membatasi bantuan. Mereka justru menyalahkan lembaga kemanusiaan yang dianggap gagal mendistribusikan bantuan. Israel juga mengklaim telah memenuhi sebagian besar tuntutan AS dan berjanji membuka pintu masuk kelima dalam beberapa hari.
COGAT, badan militer Israel yang menangani urusan sipil Palestina, telah mempublikasikan daftar upaya kemanusiaan selama enam bulan terakhir. Mereka menyoroti inisiatif terbaru dan rencana untuk mempertahankan dukungan bagi Gaza menjelang musim dingin.
Seorang pejabat Israel mengklaim, aliran bantuan di November cukup stabil. Ia menyatakan, sekitar 50 truk per hari masuk ke Gaza Utara dan 150 truk per hari ke wilayah Gaza lainnya.
Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, menyatakan pihaknya belum melihat bahwa Israel melanggar hukum AS.
"Kami telah melihat beberapa kemajuan dalam pemberian bantuan, termasuk pembukaan pintu masuk baru ke Gaza. Namun, kemajuan ini harus ditingkatkan dan dipertahankan untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat tersalurkan dengan baik," ujarnya, dilansir dari Reuters.