Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Palestina Kecam Video AI Tampilkan Bom Hancurkan Masjid Al-Aqsa

masjid al-Aqsa (unsplash.com/nour tayeh)
Intinya sih...
  • Palestina mengecam video AI yang menggambarkan penghancuran Masjid Al-Aqsa sebagai provokasi sayap kanan Israel.
  • Status quo memperbolehkan non-Muslim mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa, namun tidak untuk beribadah atau menunjukkan simbol keagamaan.
  • Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967 dan mencaplok seluruh kota tersebut pada 1980.

Jakarta, IDN Times - Palestina mengecam sebuah video AI yang menggambarkan penghancuran Masjid Al-Aqsa. Video itu disebut sebagai provokasi oleh kelompok sayap kanan Israel yang menyerukan peningkatan serangan terhadap situs suci bagi umat Islam tersebut.

Video berjudul “Tahun Depan di Yerussalem” itu beredar di platform media sosial berbahasa Ibrani awal pekan ini. Video tersebut menampilkan ilustrasi Masjid Al-Aqsa yang dibom dan digantikan dengan apa yang disebut sebagai Kuil Ketiga.

“Kementerian menyerukan komunitas internasional dan lembaga-lembaga PBB terkait untuk menangani hasutan ini dengan sangat serius, dan mengambil tindakan yang diwajibkan oleh hukum internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam pernyataan di X pada Sabtu (19/4/2025), dikutip dari Al Jazeera.

1. Pemukim Israel rutin menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa

Berdasarkan status quo, para non-Muslim diizinkan mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada jam-jam tertentu, namun mereka tidak diperbolehkan beribadah atau menunjukkan simbol-simbol keagamaan.

Meskipun para pejabat Israel mengatakan bahwa status quo di Al-Aqsa tetap berlaku, Wakaf Islam di Yerusalem membantah klaim tersebut. Hampir setiap minggu, politisi sayap kanan Israel dan pemukim Israel rutin memaksa masuk ke kompleks tersebut dan melakukan ritual keagamaan di bawah perlindungan pasukan keamanan Israel.

Pada Senin (14/4/2025), pihak wakaf mengatakan bahwa pelanggaran berulang terhadap kesucian situs tersebut merupakan pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap status historis, keagamaan, dan hukum Al-Aqsa sebagai tempat ibadah umat Muslim.

Dilansir dari Anadolu, data yang dirilis oleh Gubernur Yerusalem menunjukkan bahwa sebanyak 13.064 pemukim memaksa masuk ke kompleks tersebut pada kuartal pertama 2025.

2. Ben Gvir sebut akan bangun sinagoga di kompleks Masjid Al-Aqsa

Pada Agustus 2024, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memicu kemarahan Muslim setelah mengatakan akan membangun sinagoga Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa. Sejak menjabat pada Desember 2022, ia telah mengunjungi masjid tersebut setidaknya enam kali.

Kampanye untuk membangun “Kuil Ketiga” di Al-Aqsa kini semakin berkembang di Israel. Banyak warga Palestina melihat kemiripannya dengan situasi di Hebron, di mana Masjid Ibrahimi, yang juga dikenal sebagai Gua Para Leluhur, dipartisi.

Kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan situs tersuci ketiga umat Islam sekaligus simbol identitas Palestina. Situs ini dikelola oleh Yordania, namun aksesnya dikendalikan oleh militer Israel. Sementara itu, umat Yahudi menyebut tempat itu sebagai Temple Mount, yang mereka yakini sebagai lokasi berdirinya dua kuil Yahudi pada zaman kuno.

3. Israel perluas akses masuk bagi pemukim Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsa

Sejak 2003, otoritas Israel telah mengizinkan pemukim untuk memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa hampir setiap hari, kecuali Jumat dan Sabtu. Di sisi lain, akses terhadap jamaah Muslim Palestina, terutama pada Jumat dan selama Ramadan, selalu dibatasi. Pasukan Israel juga rutin melakukan penggerebekan bersama para pemukim.

Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Pada 1980, Israel mencaplok seluruh kota tersebut, namun klaim ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us