Pembebasan Sandera Israel Terlambat, Netanyahu Dihujat Oposisi

Jakarta, IDN Times – Pemimpin Oposisi Israel, Yair Lapid, menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netayahu atas ditundanya pembebasan sandera oleh Hamas di Gaza. Lapid mengatakan, Hamas menghendaki penundaan itu lantaran retorika Netanyahu yang enggan memperpanjang perjanjian gencatan senjata selanjutnya.
“Posisi Hamas muncul sebagai respons terhadap Netanyahu, yang terus-menerus mengatakan bahwa ia tidak ingin beralih ke fase perjanjian berikutnya,” kata Lapid, Selasa (11/2/2025), dilansir Anadolu.
Hamas, pada Senin, mengutarakan keengganannya untuk membebaskan sandera pada Sabtu mendatang. Sebab, Israel dituduh telah melakukan pelanggaran atas perjanjian gencatan senjata.
1. Israel secara jelas melanggar gencatan senjata

Juru Bicara Sayap Militer Hamas, Abu Obaidah, mengatakan bahwa penundaan itu didorong oleh tindakan pelanggaran gencatan senjata dalam tiga minggu terakhir. Israel telah mencegah warga Gaza untuk kembali ke wilayah utara, melarang masuknya bantuan, hingga masih maraknya kasus represi terhadap warga Gaza.
“Pembebasan akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, hingga Israel berkomitmen dan memberikan kompensasi atas minggu-minggu terakhir secara retroaktif," kata Abu Obaidah, dikutip NBC.
Pejabat Israel mengecam pernyataan Hamas. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh balik Hamas telah melakukan pelanggaran gencatan senjata.
Pihak keluarga korban khawatir penundaan semacam ini akan membuat para sandera menderita lebih lama. Mereka juga memohon agar negara segera bertindak.
2. Trump ancam batalkan gencatan senjata jika sandera tak dibebaskan

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, turut merespons pengumuman Hamas. Ia mengancam akan membatalkan total perjanjian gencatan senjata jika semua sandera tak kunjung dibebaskan hingga Sabtu siang.
"Jika semua sandera Gaza tidak dikembalikan pada hari Sabtu pukul 12 siang, saya akan mengatakan batalkan gencatan senjata. Biarkan semua kekacauan terjadi. Israel dapat mengesampingkannya," katanya, dilansir dari The Jerusalem Post.
Katz mengatakan bahwa ia akan menaikkan status siaga bagi militer Israel untuk menindaklanjuti situasi saat ini.
“Saya telah menginstruksikan militer untuk bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap kemungkinan skenario apa pun di Gaza,” kata Katz.
3. Pertukaran sandera telah dilakukan selama lima kali

Dilansir Al Jazeera, pertukaran sandera kini telah memasuki fase kelima sejak gencatan senjata berlaku bulan lalu. Secara total, pertukaran itu telah membebaskan 21 warga Israel dan lebih dari 730 warga Palestina.
Pertukaran berikutnya dijadwalkan pada Sabtu untuk membebaskan tiga sandera Israel dan menukar ratusan tahanan Palestina. Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, para tawanan akan dibebaskan secara bertahap. Tahap pertama kesepakatan gencatan senjata akan berakhir pada 1 Maret.
Tahap kedua, yang akan membebaskan semua tawanan dan gencatan senjata permanen, belum dirampungkan. Bagian ketiga dari kesepakatan ini seharusnya menjadi awal dari rencana jangka panjang untuk membangun kembali wilayah tersebut.