Pendeta Malawi yang Terlibat Pembunuhan Pria Albino Tewas Sebab Stres

Jakarta, IDN Times - Thomas Muhosha, seorang pendeta Katolik di Malawi yang dihukum 30 tahun penjara pada bulan lalu, meninggal pada Selasa (19/7/2022). Mushoha meninggal saat dalam perawatan di rumah sakit umum di distrik Zomba.
Mushoha dihukum karena terlibat dalam pembunuhan MacDonald Masambuka, seorang pria albino di Malawi, pada 2018.
1. Mengalami depresi

Melansi VOA News, Chimwemwe Shawa, juru bicara Layanan Penjara Malawi, mengatakan bahwa Muhosha yang berusia 50 tahun itu meninggal setelah seminggu dirawat di rumah sakit karena deperesi yang membuat mentalnya terganggu.
"Kami mungkin tidak tahu penyebab pasti kematiannya, tetapi alasan dia masuk (rumah sakit) adalah depresi dan psikosis, itu menurut diagnosis awal. Dia mencapai titik di mana dia tidak bisa makan, dia menjadi sangat lemah dan dia bahkan tidak bisa berbicara," kata Shawa.
Henry Saidi, dari Konferensi Waligereja Malawi, juga telah mengkonfirmasi kematian Muhosha.
“Bapa Muhosha tidak berada dalam persekutuan penuh dengan gereja. Dia menjalani hukuman penjara setelah dinyatakan bersalah dalam kasus pembunuhan albino. Gereja Katolik di Malawi sangat menyesali kematiannya,” kata Saidi, yang dilansir dari Malawi 24.
Pihak gereja diketahui sedang melakukan proses mencopot Muhosha dari imamat setelah keterlibatannya dalam pembunuhan.
2. Muhosha dihukum 30 tahun penjara bersama empat orang lainnya

Melansir Malawi 24, dalam kasus pembunuhan ini total ada 12 orang yang dihukum. Muhosha bersama dengan petugas polisi Chikondi Chileka, Alfred Yohane, Innocent Walasi, dan Mussa Lilongwe divonis 30 tahun penjara karena melakukan bisnis terkait organ manusia yang diperoleh dari tubuh Masambuka.
Pengadilan, pada bulan lalu, juga menjatuhi hukuman penjara seumur hidup terhadap lima orang yang membunuh Masambuka. Mereka adalah Cassim White Masambuka, saudara korban, kemudian Maxwell Sosola, Dixon Ndengu, Bashir Lilongwe, dan Alfred Yohane.
Masambuka dilaporkan hilang dari desanya pada 9 Maret 2018, dan pada April tubuhnya yang telah dipotong ditemukan terkubur di taman di sebuah rumah, yang merupakan tempat tinggal salah satu pelaku.
3. Mantan pejabat tinggi juga diselidiki atas pembunuhan Masambuka
Mahamba Muda, presiden Asosiasi Orang dengan Albinisme di Malawi, mengatakan kematian Muhosha merupakan pukulan bagi upaya menghentikan kekerasan terhadap orang dengan albino di Malawi.
"Jika kita melihat taanan sekarat, itu menjadi sulit. Kami percaya bahwa beberapa informasi yang dimiliki para tahanan itu mungkin tidak akan terungkap lagi. Jadi ini adalah perkembangan yang buruk bagi kami sebagai penderita albinisme," kata dia.
Terkait pembunuhan Masambuka, pemerintah Mali pada awal bulan ini telah memerintahkan polisi untuk menyelidiki mantan Presiden Peter Mutharika dan mantan ajudannya, Heatherwick Ntaba. Keduanya telah membantah berperan dalam kematian Masambuka.
Malawi merupakan salah salah satu dari beberapa negara di Afrika, di mana orang dengan albino menghadapi tindakan penyerangan. Kekerasan ini terjadi karena ada kepercayaan di Malawi bahwa bagian tubuh dari orang dengan albino dapat dijadikan jimat.