Perempuan dan Anak-anak Gaza Pungut Makanan dari Tempat Sampah

Jakarta, IDN Times - Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Jumat (29/11/2024), menyatakan keprihatinan atas meningkatnya kelaparan di Jalur Gaza. Ia mengungkapkan bahwa perempuan dan anak-anak bahkan terpaksa mencari makanan di antara tumpukan sampah di beberapa wilayah tersebut.
“Saya sangat khawatir dengan meluasnya kelaparan. Memperoleh kebutuhan dasar telah menjadi perjuangan sehari-hari yang penuh kesulitan untuk bertahan hidup," kata Ajith Sunghay, kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, dalam konferensi pers di Jenewa melalui tautan video dari Yordania.
Sementara itu, PBB tidak dapat mengirimkan bantuan apa pun ke Gaza utara lantaran Israel terus menghalangi atau menolak konvoi kemanusiaan yang berupaya menjangkau sekitar 70 ribu warga di sana, tambahnya.
1. Pengungsi dari Gaza utara hidup dalam kondisi memprihatinkan
Saat bertandang ke Gaza, Sunghay sempat mengunjungi kamp-kamp yang menampung pengungsi dari Gaza utara. Ia mengungkapkan bahwa mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, dengan kondisi kekurangan pangan dan sanitasi yang buruk.
“Sangat jelas bahwa bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar perlu datang, dan kenyataannya tidak demikian. Sangat penting bagi pemerintah Israel untuk mewujudkan hal ini,” kata pejabat PBB tersebut.
Dilansir dari Reuters, penjarahan juga telah menghabiskan pasokan bantuan di wilayah Palestian tersebut. Hampir 100 truk yang membawa bantuan makanan dijarah pada 16 November 2024.
"Para perempuan yang saya temui semuanya telah kehilangan anggota keluarga, terpisah dari keluarga mereka, memiliki kerabat yang terkubur di bawah puing-puing, atau mereka sendiri terluka atau sakit. Dengan air mata berlinang di hadapan saya, mereka dengan putus asa memohon adanya gencatan senjata," tutur Sunghay.
2. Lebih dari 2 juta warga di Gaza berisiko meninggal akibat kelaparan
Sementara itu, Hamas, mengatakan bahwa jutaan warga Palestina di Gaza kini menghadapi risiko kematian akibat kelaparan.
“Lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza menghadapi risiko kematian karena kelaparan dan kehausan akibat penolakan pendudukan Israel terhadap pengiriman bantuan dan pembatasan akses terhadap obat-obatan, makanan dan air,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Jumat, dilansir dari Anadolu.
Kelompok tersebut memperingatkan, anak-anak kini sekarat karena kelaparan dan banyak keluarga berada di ambang kelaparan parah akibat kurangnya kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), jumlah truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza setiap hari hanya mencapai 30 truk, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sana. Sebelum perang meletus pada Oktober 2023, ratusan truk melintasi perbatasan setiap hari untuk memberi makan lebih dari 2 juta orang di wilayah tersebut.
3. Israel bantah halangi bantuan masuk ke Gaza
Pada Oktober 2024, Amerika Serikat (AS) memberikan waktu 30 hari bagi Israel untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza atau negara tersebut berisiko kehilangan akses terhadap bantuan militer. Pemerintahan Presiden Joe Biden, pada 12 November, kemudian menyimpulkan bahwa Israel saat ini tidak menghalangi bantuan ke Gaza, sehingga tidak dianggap melanggar hukum AS.
COGAT, badan pemerintah Israel yang mengawasi bantuan, mengatakan bahwa mereka telah memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan menuduh badan-badan PBB tidak mendistribusikannya secara efisien.
Sedikitnya 44.363 warga Palestina telah tewas dan 105.070 lainnya terluka akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza. Perang tersebut dimulai setelah Hamas menyerang negara Yahudi itu pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 1.139 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya disandera.