PM Jepang Ishiba Tidak akan Bahas NATO Asia di ASEAN

- Perdana Menteri Jepang menunda gagasan 'NATO versi Asia' karena skeptisisme
- Kunjungan ke Laos untuk hadiri pertemuan ASEAN Plus Three dan KTT Asia Timur
- Ishiba akan menjalin hubungan dengan para pemimpin ASEAN, China, India, dan negara-negara lain
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengatakan bahwa ia tidak berniat mengemukakan gagasannya tentang 'NATO versi Asia' selama pertemuan ASEAN di Laos. Sebab, visi tersebut telah menemui skeptisisme dari dalam dan luar negeri.
Kunjungan Ishiba ke Vientiane tersebut akan berlangsung selama dua hari yang dimulai pada Kamis (10/10/2024), dan akan menjadi perjalanan luar negeri pertamanya sebagai pemimpin baru Negeri Sakura.
1. Visi NATO Asia yang belum dibahas secara menyeluruh
Menurut pejabat pemerintah Jepang, Ishiba akan menghadiri 'ASEAN Plus Three' bersama para pemimpin ASEAN, China, dan Korea Selatan (Korsel) untuk membahas kerja sama ekonomi dan urusan regional. Serta, KTT Asia Timur yang beranggotakan 18 negara yang juga melibatkan Amerika Serikat dan India.
Selain itu, Ishiba akan mengadakan pertemuan bilateral dengan para pemimpin China, Australia, India, Laos, Korsel, dan Vietnam di sela-sela pertemuan terkait ASEAN.
"Saya akan menjalin hubungan dengan para pemimpin ASEAN, China, India, dan negara-negara lain," ujarnya dalam konferensi pers di Tokyo pada Rabu.
Sementara itu, saat ditanya wartawan mengenai apakah ia akan bertukar pandangan dengan pemimpin lain mengenai visi NATO-nya di Asia, ia mengatakan: "isu ini belum dibahas secara menyeluruh bahkan di dalam partai saya, jadi saya tidak akan mengusulkan isu tersebut dari pihak saya," dilansir Kyodo News.
2. Ishiba dan gagasan NATO Asia

Ishiba dikenal sebagai pemimpin yang fokus pada kebijakan pertahanan, namun ia telah mengecilkan beberapa usulan perhatiannya itu mengenai masalah keamanan sejak menjabat. Ini termasuk menciptakan sistem aliansi seperti NATO di Asia yang berpotensi dapat menghalangi China.
Dalam debutnya di pertemuan terkait ASEAN, ia diharapkan menunjukkan bahwa dirinya akan melanjutkan kebijakan diplomatik pendahulunya, guna mempromosikan tatanan internasional berdasarkan supremasi hukum, konsisten dengan visi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Kemampuan diplomatik Ishiba diperkirakan akan diuji dalalam berurusan dengan Beijing di tengah meningkatnya aktivitas militer China di kawasan, serta dengan Korea Utara (Korut) yang terus menguji rudal balistik.
Pada awal Oktober, Ishiba mengatakan ia akan mencari hubungan yang lebih dalam dengan negara-negara sahabat untuk melawan ancaman keamanan paling serius yang dihadapi negaranya sejak Perang Dunia II. Ia menyerukan pembentukan NATO Asia, penempatan pasukan Jepang di AS, hingga pengendalian bersama atas senjata nuklir Washington sebagai pencegah terhadap tetangga Jepang yang bersenjata nuklir, yakni China, Rusia, dan Korut.
3. India tidak sependapat dengan visi Ishiba terkait NATO Asia
Baru-baru ini Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, mengatakan bahwa negaranya tidak memiliki visi yang sama mengenai NATO Asia yang diserukan oleh Ishiba. Menurutnya, New Delhi tidak seperti Tokyo, India tidak pernah menjadi sekutu perjanjian negara lain.
"Kami tidak memiliki rencana arsitektur strategis semacam itu. Kami memiliki... sejarah yang berbeda dan cara pendekatan yang berbeda...," ujarnya saat ditanya tentang seruan Ishiba, dikutip dari Reuters.
New Delhi dan Tokyo bersama dengan Washington dan Canberra merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai kelompok negara Quad, yang dibentuk sebagai penyeimbang Beijing.