Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Polandia Desak Uni Eropa Berhenti Bergantung pada Militer AS

bendera Uni Eropa (UE) (pexels.com/Dušan Cvetanović)
Intinya sih...
  • Perdana Menteri Polandia mendesak UE serius tanggapi seruan Trump untuk tingkatkan belanja militer.
  • Trump minta anggota NATO belanjakan 5% PDB untuk pertahanan, Tusk sebut masa nyaman Eropa berakhir.
  • Uni Eropa harus meningkatkan pengeluaran militer dan kesiapan keamanan untuk melawan ancaman Rusia.

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mendesak negara-negara Uni Eropa (UE) untuk menanggapi dengan serius seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meningkatkan anggaran belanja militer. Tusk menyinggung ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh Rusia kepada blok tersebut. 

Sebagai informasi, Trump mengatakan bahwa anggota NATO harus membelanjakan 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka untuk pertahanan, dari target saat ini sebesar 2 persen. 23 dari 32 anggota aliansi pertahanan itu merupakan negara anggota Uni Eropa. 

Tusk, yang kini memegang kepresidenan Uni Eropa mengatakan masa nyaman telah berakhir karena presiden baru AS mengatakan Eropa perlu memikul tanggung jawab yang lebih besar atas keamanannya sendiri. Sejak masa jabatan pertamanya, Trump telah menyerukan peningkatan tersebut dan mengancam tidak akan melindungi sekutu yang gagal mencapainya.

1. Uni Eropa harus berhenti bergantung kepada militer AS

Para pejabat tinggi Uni Eropa memperingatkan bahwa blok tersebut tidak dapat bergantung pada AS untuk mempertahankannya. Mereka harus meningkatkan pengeluaran militer, serta kesiapan keamanan untuk membantu Ukraina dan mencegah Rusia menargetkan negara-negara tetangganya lagi.

"Jangan tanya pada AS apa yang bisa mereka lakukan untuk keamanan kita. Tanyakan pada diri Anda apa yang bisa kita lakukan untuk keamanan kita sendiri," kata Tusk pada Kamis (23/1/2025).

"Kita perlu kembali percaya pada kekuatan kita. Kami kuat, kami setara dengan kekuatan terbesar di dunia. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah mempercayainya," tambahnya, dikutip dari Associated Press.

Kekhawatiran semakin meningkat bahwa Trump mungkin berupaya segera mengakhiri perang Moskow-Kiev melalui pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin dengan syarat-syarat yang tidak menguntungkan Ukraina. Trump juga ditakutkan menolak untuk membela sekutu-sekutu Eropa yang tidak meningkatkan anggaran militernya.

2. Rusia menimbulkan ancaman bagi Uni Eropa

Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh Rusia. Dia memaparkan daftar tindakan sabotase, serangan siber, kampanye disinformasi, dan pengacauan GPS elektronik yang dituding dilakukan Moskow. Kallas mengatakan, satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan belanja pertahanan.

"Banyak badan intelijen nasional kami memberi kami informasi bahwa Rusia dapat menguji kesiapan UE untuk mempertahankan diri dalam 3 hingga 5 tahun. Siapa lagi yang kita dengarkan kalau bukan mereka?" kata Kallas, dilaporkan oleh The Economic Times.

"Kegagalan Eropa untuk berinvestasi dalam kemampuan militer juga mengirimkan sinyal berbahaya kepada pihak agresor. Kelemahan mengundang mereka masuk," tambahnya.

Kallas mengatakan prioritas pertama Eropa harus membantu pasukan Ukraina yang kelelahan melawan invasi Rusia ketika perang mendekati tanda tiga tahun. Menurutnya, rakyat Kiev berjuang demi kebebasannya dan blok tersebut, dengan memberi Benua Biru itu waktu.

3. Polandia paling banyak membelanjakan anggaran militer

Bendera negara-negara anggota NATO. (UK Government Picture by Rory Arnold / No 10 Downing Street, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Polandia membelanjakan anggaran militer paling banyak di antara anggota NATO lainnya, yaitu sebesar sebesar 4,1 persen pada 2024. Sementara itu, delapan dari 32 anggota aliansi militer tersebut membelanjakan kurang dari 2 persen, mengutip Reuters.

Kallas memperingatkan bahwa industri pertahanan Rusia menghasilkan tank, bom luncur, dan peluru artileri dalam jumlah besar. Dalam waktu 3 bulan, Moskow dapat memproduksi lebih banyak senjata dan amunisi dibandingkan dengan Eropa dalam 12 bulan. Dia menggambarkan negara itu sangat termiliterisasi dan menghadirkan ancaman nyata bagi Eropa.

Negara-negara UE telah meningkatkan anggaran militer sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022. Namun, para politisi mengakui bahwa mereka harus melangkah lebih jauh untuk menyamai produksi militer Rusia yang besar.

"Jika Eropa ingin bertahan, maka mereka perlu dipersenjatai. Ini adalah saat di mana Eropa tidak mampu melakukan penghematan dalam hal keamanan," tegas Tusk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us