Qatar Desak Israel Izinkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza

- Menteri Luar Negeri Qatar mendesak Israel untuk memperbolehkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
- Doha menyatakan keprihatinannya atas runtuhnya kesepakatan gencatan senjata di Gaza, sementara PBB memperingatkan ancaman kelaparan bagi warga Palestina.
- Sumber medis melaporkan setidaknya 50 orang tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Palestina pada Minggu.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mendesak Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
"Qatar menolak penggunaan kelaparan dan bantuan kemanusiaan sebagai senjata terhadap rakyat Palestina di Gaza," ujarnya dalam konferensi pers bersama Menlu Turki Hakan Fidan di Doha pada Minggu (27/4/2025).
Al Thani menambahkan bahwa pihaknya bersama Turki akan melanjutkan upaya untuk mengakhiri perang di Gaza. Langkah ini membutuhkan dukungan para sekutu, guna memaksa Israel membuka jalur bantuan tersebut, dikutip dari Anadolu Agency.
1. Gagalnya gencatan senjata dan blokade oleh Israel
Doha telah menyatakan keprihatinannya atas runtuhnya kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Pada 18 Maret 2025, Israel melanjutkan operasi militernya dan memberlakukan blokade total terhadap Gaza. Akibatnya, jatuhnya lebih banyak korban jiwa, kehancuran, dan memperburuk penderitaan lebih dari dua juta warga Palestina.
Dilaporkan, David Barnea, direktur badan intelijen Israel Mossad, melakukan perjalanan ke Qatar pada 17 April 2025 untuk bertemu dengan Al Thani. Ini terjadi di tengah upaya untuk mencapai gencatan senjata baru antara Israel-Hamas.
2. Badan-badan PBB memperingati ancaman kelaparan di Gaza
PBB memperingatkan bahwa warga Palestina di Gaza menghadapi ancaman kelaparan. Gudang-gudang Program Pangan Dunia (WFP) di seluruh wilayah itu kosong, setelah kehabisan persediaan pekan lalu.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan blokade harus dicabut. Pihaknya juga telah menyatakan bahwa tidak ada yang dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.
"Orang-orang di Gaza telah terjerumus ke dalam siklus kekerasan dan kekurangan yang mematikan," kata UNRWA pada 27 April 2025.
Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jonathan Whittall, menuduh Israel mempersenjatai bantuan dengan menolak memberikan bantuan kepada para pengungsi Palestina.
"Saat ini, orang-orang tidak dapat bertahan hidup di Gaza. Mereka yang tidak terbunuh oleh bom dan peluru, perlahan-lahan sekarat," ujarnya.
3. Genosida Israel menewaskan 52.243 warga Palestina dan melukai 117.639 lainnya
Sumber-sumber medis mengatakan bahwa setidaknya 50 orang tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Palestina pada Minggu.
"Tampaknya Israel dan Hamas masih terlibat dalam perang atrisi yang berkepanjangan. Serangan udara Israel terus menerus menghancurkan pemukiman padat penduduk," kata Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.
Ia menggambarkan serangan udara dan darat Israel sebagai serangan yang menghancurkan.
Genosida Israel sejak 7 Oktober 2023 di Gaza, telah membunuh 52.243 warga Palestina dan melukai 117.639 lainnya. Kantor media pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.