WFP Kehabisan Stok Pangan di Gaza Akibat Blokade Israel

Jakarta, IDN Times - Program Pangan Dunia (WFP), pada Jumat (25/4/2025), kehabisan stok pangan di Jalur Gaza karena blokade bantuan yang diberlakukan Israel sejak awal Maret 2025. Pengumuman ini disampaikan usai penutupan total jalur masuk bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Situasi ini memicu kekhawatiran terhadap krisis kelaparan yang semakin parah bagi 2,3 juta penduduk Gaza.
Blokade yang berlangsung selama delapan minggu ini menjadi yang terlama dalam sejarah konflik di Gaza. WFP terpaksa menyalurkan sisa stok pangan terakhir ke dapur umum di Gaza untuk menyediakan makanan bagi warga yang kelaparan. Tanpa pasokan baru, organisasi ini memperingatkan bahwa bantuan kritis akan segera terhenti.
Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dengan laporan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 78 orang dalam 24 jam terakhir, menurut otoritas Gaza. PBB dan sejumlah negara Eropa menyerukan agar Israel segera membuka jalur bantuan untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.
1. Penyebab krisis pangan di Gaza
Blokade Israel yang dimulai pada Sabtu (1/3/2025) menghentikan masuknya semua bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, bahan bakar, air, dan obat-obatan. Israel mengklaim langkah ini bertujuan menekan Hamas untuk membebaskan sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023. Adapun Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa blokade adalah alat tekanan utama terhadap Hamas.
Namun, keputusan ini menuai kecaman internasional. Inggris, Prancis, dan Jerman memperingatkan bahwa blokade ini berisiko melanggar hukum kemanusiaan internasional.
“Kami mendesak Israel untuk memastikan akses bantuan yang cepat dan aman bagi penduduk Gaza,” kata mereka, menekankan kewajiban Israel sebagai kekuatan pendudukan, dikutip dari Al Jazeera.
2. Dampak blokade terhadap warga Gaza
Sejak blokade diberlakukan, stok pangan di Gaza menipis drastis, memperburuk kelaparan dan malnutrisi di kalangan warga. WFP melaporkan bahwa pada Selasa (1/4/2025), semua toko roti yang didukung organisasi ini di Gaza ditutup karena kehabisan tepung dan bahan bakar. Dapur umum yang menyediakan 500 ribu porsi makanan panas per hari juga terancam berhenti beroperasi dalam waktu dekat.
“Kami kehabisan semua stok pangan untuk keluarga di Gaza. Tanpa pembukaan kembali perbatasan, kami tidak bisa lagi mendistribusikan bantuan.” kata juru bicara WFP, Abeer Etefa, dikutip dari Arab News.
Situasi ini memaksa warga yang tinggal di tenda untuk bergantung pada makanan kaleng dan air yang tidak higienis.
3. Respons internasional dan tantangan ke depan
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebut Gaza sebagai ladang pembantaian akibat blokade dan serangan militer yang berlanjut, dalam pernyataannya pada Selasa (8/4/2025), dilansir dari BBC.
Guterres menegaskan bahwa Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki kewajiban hukum untuk memastikan pasokan makanan dan obat-obatan sampai ke warga Gaza. Enam badan PBB juga mendesak dunia untuk bertindak segera guna memastikan bantuan sampai ke Gaza.
Namun, Israel membantah adanya krisis kelaparan, dengan Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan pada Rabu (16/4/2025) bahwa lebih dari 25 ribu truk bantuan telah masuk selama 42 hari gencatan senjata sebelum Maret, dilansir dari NBC News.
Mereka menuduh Hamas menyalahgunakan bantuan untuk kepentingan militer, klaim yang dibantah Hamas. Dengan negosiasi gencatan senjata yang mandek, WFP dan badan kemanusiaan lainnya menghadapi tantangan besar untuk mencegah kelaparan massal di Gaza.