RI Rancang Mitigasi bila Perang Nuklir Terjadi di Semenanjung Korea

- Presiden Prabowo Subianto memperhatikan ketegangan senjata nuklir di Semenanjung Korea
- Indonesia merancang strategi mitigasi untuk melindungi 72 ribu warga negara Indonesia di Korea Selatan
- Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional RI menekankan pentingnya peran ASEAN dalam menjaga keamanan kawasan
Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Ujang Komarudin, mengatakan Indonesia sudah merancang mitigasi strategi untuk mencegah apabila perang nuklir terjadi di Semenanjung Korea. Ujang mengatakan, ketegangan senjata nuklir di Semenanjung Korea juga menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto.
"Ini tentu jadi warning dan antisipasi agar sewaktu-waktu ada ancaman nuklir itu kita harus apa untuk menyelamatkan warga kita di Semenanjung Korea seperti di Korea Selatan," ujar Ujang dalam webinar bertema Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea bagi Perdamaian Dunia, Rabu (26/2/2025).
1. Ada 72 ribu WNI di Korea Selatan

Meski demikian, Ujang tak menjelaskan strategi mitigasi itu secara rinci. Ujang mengatakan, berdasarkan data yang ada, saat ini ada 72 ribu warga negara Indonesia yang tinggal di Korea Selatan.
Menurutnya, ketegangan senjata nuklir di Semenanjung Korea bisa mengancam mereka.
2. ASEAN merupakan kawasan paling aman

Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional RI 2023-2025) Laksdya TNI T.S.N.B. Hutabarat, mengatakan jika saat ini kawasan yang laing aman dari konflik adalah wilayah ASEAN.
“Penting untuk memajukan peran ASEAN dalam hal ini karena kawasan ASEAN sekarang relatif kawasan yang paling aman dibanding kawasan-kawasan lain di dunia,” kata dia.
3. Khawatir Kim Jong-un tak bisa terkontrol

Dalam kesempatan itu, anggota Komisi I DPR RI, Sukamta mengatakan perang nuklir bisa saja tidak terjadi. Namun, dia mengkhawatirkan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un tidak bisa terkontrol.
“Kombinasi antara karakter diktator Kim yang sulit ditebak dan kemampuan jangkauan misilnya ini membuat pemimpin dunia jadi ketar ketir (khawatir),” kata Sukamta.