Ribuan Warga Israel Demo Tolak Operasi Militer Baru di Gaza

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Israel menggelar aksi protes di Tel Aviv dan beberapa kota lain pada Sabtu (3/5/2025). Mereka menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memprioritaskan pembebasan 59 sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza daripada memperluas operasi militer.
Protes ini muncul setelah pemerintah Israel memobilisasi hingga 60 ribu tentara cadangan. Aksi protes berlangsung beberapa hari setelah Israel merayakan Hari Kemerdekaan ke-77.
Mereka membawa bendera Israel, bendera kuning simbol kampanye pembebasan sandera, dan spanduk kritik terhadap Netanyahu. Salah satu spanduk bertuliskan "Netanyahu berbahaya bagi Israel" dan pesan bahwa tidak ada kemerdekaan selama sandera masih ditahan.
Puluhan ribu orang berkumpul di berbagai lokasi di Tel Aviv, termasuk Hostages Square, depan Markas IDF di Jalan Begin, dan Habima Square. Demonstrasi serupa juga terjadi di kota Yerusalem, Ness Ziona, Ra'anana, dan Kfar Saba. Para pengunjuk rasa juga mendengarkan pidato dari keluarga sandera dan mantan sandera yang berbagi pengalaman mereka.
1. Kekhawatiran keluarga sandera terhadap rencana perluasan serangan
Pemerintahan Netanyahu memerintahkan mobilisasi tentara cadangan untuk memperkuat serangan di Gaza. Kabinet keamanan Israel dijadwalkan bertemu pada Minggu (4/5/2025) untuk secara resmi mengesahkan perluasan operasi militer ini.
Kelompok gerakan "Bring Them Home" yang mewakili keluarga sandera langsung mengecam rencana ini. Mereka menyebut langkah tersebut akan membahayakan nyawa sandera. Kelompok ini juga mendesak Netanyahu untuk menghetikan operasi militer dan lebih fokus mencapai kesepakatan pembebasan sandera.
Jurnalis Israel, Gideon Levy, menyatakan bahwa meskipun gerakan protes konsisten, namun belum cukup kuat untuk memengaruhi kebijakan Netanyahu. Sebagian besar masyarakat Israel masih mendukung upaya perang dan akan mematuhi panggilan wajib militer, dilansir Al Jazeera.
Einav Zangauker, ibu dari sandera Matan Zangauker, mengkritik keputusan Netanyahu.
"Netanyahu mengirim tentara ke konflik yang seharusnya bisa dihindari, konflik yang dia sendiri tidak mau akhiri. Netanyahu sudah jelas mengatakan bahwa memulangkan sandera bukan prioritas utama. Ini berarti keselamatan putra saya hanyalah prioritas kedua baginya," ujarnya, dilansir Times of Israel.
2. Mantan sandera angkat suara dalam demonstrasi
Beberapa mantan sandera hadir dan berbicara dalam demonstrasi tersebut. Mereka termasuk Omer Shem Tov yang dibebaskan Februari 2025 serta Maya dan Itay Regev, kakak beradik yang dibebaskan November 2023. Mereka menceritakan pengalaman selama ditahan dan menyuarakan keprihatinan terhadap nasib sandera yang masih berada di Gaza.
Maya Regev menyampaikan pesan kepada para pengambil keputusan Israel bahwa tanggung jawab untuk membebaskan sandera ada di tangan mereka. Sementara itu, Boaz Zalmanovich, putra Aryeh Zalmanovich yang tewas dalam penyanderaan, mengatakan bahwa jasad ayahnya masih ditahan oleh Hamas dan situasi ini diperpanjang oleh kebijakan PM.
"Kami hadir di Hostages Square malam ini bukan hanya mewakili diri kami yang pernah disandera, tapi juga menjadi suara bagi mereka yang masih tertahan. Saudara-saudara kami masih berada di sana, terjebak dalam kondisi mengerikan dan menunggu pertolongan. Tugas utama kita sebagai satu bangsa adalah membawa mereka pulang," tutur Omer Shem Tov, dilansir Jerusalem Post.
3. Kebuntuan negosiasi Israel-Hamas

Netanyahu menyatakan dalam pidatonya di Jerusalem Kamis lalu (1/4/2025) bahwa tujuan utama perang adalah mengalahkan musuh, bukan pembebasan sandera. Dari 59 sandera yang masih ditahan Hamas, 24 orang diyakini masih hidup dan 35 telah dikonfirmasi tewas oleh IDF.
Upaya kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata telah terhenti beberapa minggu terakhir. Hamas bersikeras kesepakatan harus mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza. Sementara itu, Israel menolak mengakhiri konflik selama Hamas masih berkuasa.
"Pemerintah gagal melindungi rakyatnya pada serangan 7 Oktober dan menolak bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Perang yang berlangsung sekarang sia-sia dan hanya menghabiskan sumber daya negara. Kami tidak bisa menghapus keberadaan dua juta penduduk Gaza. Sudah saatnya menghentikan konflik bersenjata dan fokus membawa pulang semua sandera," ujar Gadi Mozes salah satu mantan sandera.