Rusia Tawarkan Pertukaran Ratusan Tawanan Perang dengan Ukraina

- Rusia dan Ukraina melakukan negosiasi pertukaran tawanan perang, dengan Rusia menawarkan pertukaran 630 personel militer.
- Qatar memfasilitasi pengembalian dua anak Rusia dari zona pertempuran di Ukraina, yang dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di Kedutaan Besar Qatar di Moskow.
- Pasukan Rusia semakin maju di Ukraina dan telah merebut sebagian besar wilayah, sementara Presiden Putin menandatangani undang-undang untuk menghapus utang bagi tentara baru yang mendaftar di militer untuk invasi ke Ukraina.
Jakarta, IDN Times - Rusia saat ini sedang memulai negosiasi untuk pertukaran tawanan perang dengan Ukraina. Tawaran terbaru itu merupakan upaya Moskow untuk melakukan dialog konstruktif dengan Kiev, dengan jumlah pertukaran tambahan yang mencapai ratusan orang.
"Kami siap untuk menukar 630 personel militer saat ini dan juga sedang mempersiapkan pertukaran di masa mendatang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova dalam konferensi pers pada Rabu (27/11/2024).
Sejak perang antara kedua negara dimulai pada 24 Februari 2022, Moskow-Kiev telah melakukan banyak pertukaran tahanan. Pertukaran terakhir terjadi pada pertengahan Oktober, ketika kedua negara masing-masing menukar 95 tawanan perang.
1. Qatar membantu pemulangan anak Rusia dari zona perang
Sementara itu, kantor Ombudsman Anak-anak Rusia mengatakan bahwa Qatar memfasilitasi pengembalian dua anak Rusia yang diambil dari zona pertempuran di Ukraina. Anak-anak tersebut dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di Keduataan Besar Qatar di Moskow, dengan kehadiran Duta Besar negara tersebut, Ahmed bin Nasser Al Thani, dan perwakilan dari Komisaris Presiden Rusia untuk Hak-Hak Anak.
"Saya sangat senang menerima dua anak dan keluarga mereka di kedutaan hari ini. Qatar selalu menaruh perhatian besar pada pekerjaan kemanusiaan, memastikan hak asasi manusia, dan menjamin hak-hak anak," kata Al Thani.
"Kami berharap setiap anak dapat kembali ke rumah, baik di Rusia maupun di Ukraina," tambahnya, dikutip dari Anadolu Agency.
Ia juga menggarisbawahi bahwa negaranya akan terus membantu Rusia dan Ukraina dalam menyatukan kembali anak-anak dengan keluarga mereka.
2. Perkembangan situasi perang Rusia di Ukraina

Dilansir Reuters, pasukan Rusia kini semakin maju di Ukraina, di mana tentara Rusia merebut hampir 235 km persegi selama seminggu terakhir, yang disebut sebagai rekor mingguan untuk tahun 2024.
Rusia dilaporkan telah mengendalikan 18 persen wilayah Ukraina, termasuk seluruh Krimea, lebih dari 80 persen wilayah Donbas, dan lebih dari 70 persen wilayah Zaporizhzhia dan Kherson di selatan, serta kurang dari 3 persen wilayah Kharkiv timur.
Perang keduanya saat ini memasuki apa yang disebut oleh pejabat Rusia dan Barat sebagai fase paling berbahaya. Sebab, Moskow dilaporkan menggunakan pasukan Korea Utara di Ukraina, dan Kiev menggunakan rudal yang dipasok Barat untuk menyerang balik ke dalam Rusia.
Sebagai peringatan terhadap Barat agar tidak mendukung upaya perang Ukraina, Rusia menyerang fasilitas militer Ukraina dengan rudal hipersonik jarak menengah, Oreshnik, minggu lalu.
Di sisi lain, Kiev mengeluhkan betapa sulitnya memperluas mobilisasi tanpa mengetahui kapan bantuan militer Barat akan tiba dan seberapa canggih bantuan tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyalahkan beberapa faktor termasuk penundaan hingga satu tahun dalam melengkapi pasukan angkatan bersenjata, sebagian karena lamanya waktu yang dibutuhkan Kongres Amerika Serikat untuk menandatangani paket bantuan besar bagi Ukraina.
3. Putin tandatangani UU penghapusan utang bagi warga yang gabung militer

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang (UU) tentang penghapusan utang bagi tentara baru yang mendaftar di militer. Langkah tersebut diambil sebagai upaya untuk merekrut lebih banyak pasukan, guna melancarkan invasi Moskow ke Ukraiana.
UU itu memberikan penghapusan tunggakan hingga 10 juta rubel (sekitar Rp1,5 miliar) bagi mereka yang menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia untuk berperang di Ukraina selama setidaknya satu tahun, yang dimulai pada 1 Desember 2024. Regulasi itu berlaku bagi semua calon rekrutan yang telah menghadapi proses penagihan utang, yang dibuka terhadap mereka sebelum awal Desember.
Kremlin telah meningkatkan perekrutan militer dengan menawarkan pembayaran yang semakin besar, yang dalam beberapa kasus berkali-kali lipat dari gaji rata-rata kepada mereka yang bersedia bertempur di Ukraina.
Taktik ini memungkinkan tentara untuk meningkatkan tenaga kerja di daerah konflik, sekaligus menghindari putaran mobilisasi umum lainnya yang memicu eksodus massal dari Rusia pada September 2022, The Straits Times melaporkan.