Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Seorang Pelajar Ditikam di Dekat Sekolah Jepang di China

Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)
Intinya sih...
  • Seorang pelajar Jepang ditikam dekat sekolahnya di Shenzhen, China.
  • Serangan terjadi saat peringatan insiden 93 tahun lalu yang memicu perang antara China dan Jepang.
  • Pejabat China dan Jepang mengambil langkah efektif untuk melindungi warga negaranya pasca-serangan tersebut.

Jakarta, IDN Times - Pejabat China dan Jepang, pada Rabu (18/9/2024), mengatakan seorang pelajar laki-laki Jepang ditikam di dekat sekolah Jepang di Shenzhen. Setelah penusukan ini, sekolah negara tersebut di Shenzhen memutuskan untuk tutup selama sisa pekan ini.

Serangan ini terjadi saat peringatan sensitif terkait insiden 93 tahun lalu, yang memicu perang antara China dan Jepang. Perang tersebut telah menimbulkan kenangan menyakitkan bagi warga China.

1. Pelaku telah ditangkap

Ilustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)

Polisi di Shenzhen mengatakan, serangan terhadap anak tersebut terjadi sekitar pukul delapan pagi. Polisi menyebutkan nama belakang penyerang adalah Zhong dan ia berusia 44 tahun.

“Seorang siswa berusia 10 tahun dari sebuah sekolah Jepang di Shenzhen ditikam oleh seorang pria sekitar 200 meter dari gerbang sekolah,” kata Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari VOA News.

Jian mengatakan pelajar itu segera dibawa ke rumah sakit dan tersangka penyerangan ditangkap di tempat. Siswa tersebut saat ini dalam kondisi stabil.

Pejabat tersebut juga mengatakan kasus serangan masih dalam penyelidikan dan negaranya akan terus mengambil langkah-langkah efektif untuk melindungi keselamatan semua warga negara asing.

Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Masataka Okano telah memanggil Wu Jianghao, diplomat Bejing untuk negaranya, untuk menyampaikan "keprihatinan serius" atas penusukan di Shenzhen.

2. Tingkatkan keamanan untuk bus yang melayani sekolah

Ilustrasi bus. (Unsplash.com/Jonathan Borba)

Hiroshi Moriya, juru bicara pemerintah Jepang, mengatakan konsulat negara di telah meminta pihak berwenang berbagi rincian dan mengirim staf ke daerah untuk mengumpulkan informasi dan memberikan bantuan yang diperlukan. Dia meminta pihak berwenang setempat menjamin keselamatan warga negaranya, dilansir dari Kyodo News.

Insiden ini menyusul serangan pisau di Suzhou dekat Shanghai pada Juni, yang mengakibatkan seorang ibu dan anak Jepang terluka, dan seorang wanita China tewas ketika berupaya menghentikan penyerang.

Setelah serangan di Suzhou, Moriya mengatakan pemerintah akan terus berupaya menjamin keselamatan warga negaranya. Dia menyampaikan pemerintah akan mengeluarkan 350 juta yen (Rp37,6 miliar) untuk meningkatkan keamanan bagi bus yang melayani sekolah-sekolah negaranya.

Kedutaan negara itu di Beijing mengeluarkan peringatan menyusul serangan di Shenzhen, yang mengatakan telah terjadi insiden penusukan di seluruh China dan memperingatkan terhadap orang-orang yang mencurigakan.

Sekolah lainnya di Guangzhou, menghimbau siswa dan orang tua untuk menghindari terdengar berbicara bahasa Jepang di luar ruangan dan menyarankan anak-anak untuk tidak keluar tanpa ditemani oleh orang dewasa.

3. Warga Jepang dapat ujaran kebencian di media sosial

Bendera Jepang. (Unspalsh.com/Roméo A.)

Hari Rabu menandai peringatan 93 tahun pengeboman Jepang terhadap rel kereta api dekat Shenyang, yang digunakan sebagai dalih untuk menginvasi China pada 1931. Para sejarawan memperkirakan invasi menyebabkan kematian hampir 14 juta warga China dan 100 juta lainnya menjadi pengungsi.

Terkait peringatan itu muncul unggahan di media sosial China yang mendesak orang-orang untuk tidak melupakan peristiwa tersebut yang dianggap penghinaan nasional. Di Weibo ada unggahan kebencian yang meminta orang Jepang pergi dan hati-hati terhadap mata-mata di sekolah negara itu.

Rangkaian serangan terhadap warga negara Jepang dikhawatirkan akan semakin memperburuk hubungan bilateral dan menghambat investasi Tokyo di negara tersebut, serta pertukaran personel antara kedua negara.

"Jika serangkaian insiden serupa terjadi, itu bukan suatu kebetulan. Kami tidak punya pilihan selain bersikap hati-hati terhadap bisnis kami di China," kata petinggi sebuah perusahaan elektronik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us