Singapura-Korsel Sepakati Perjanjian Ketahanan Rantai Pasokan

- Singapura dan Korea Selatan sepakat memastikan ketahanan rantai pasokan untuk menghadapi ketidakstabilan ekonomi global
- Kedua negara akan bekerja sama dalam meningkatkan hubungan bilateral menuju Kemitraan Strategis pada 2025
- Korea Selatan dan Singapura juga sepakat merevisi perjanjian penerbangan bilateral pada 2025 untuk menyegarkan pertukaran masyarakat di tengah kuatnya permintaan perjalanan udara
Jakarta, IDN Times - Singapura dan Korea Selatan (Korsel) sepakat untuk memastikan ketahanan dalam rantai pasokan, guna menghadapi ketidakstabilan ekonomi global yang terus meningkat. Hal ini tertuang dalam perjanjian baru kedua negara melalui penandatanganan pengaturan bilateral dalam mengatasi krisis rantai pasokan khususnya dalam manufaktur canggih, bioteknologi, dan energi.
Pengaturan kesepakatan ini terjadi dalam pertemuan antara Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol di Singapura baru-baru ini, dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Yoon selama seminggu ke Asia Tenggara.
"Sebagai bukti dari kerja sama kami yang terus berkembang, kami menyaksikan 5 Nota Kesepahaman dan perjanjian di berbagai bidang seperti rantai pasokan, keamanan pangan, perusahaan rintisan, dan kerja sama teknologi, serta penandatanganan perjanjian ekstradisi," kata Wong dalam unggahannya di media sosial X pada Selasa (8/10/2024).
1. Komitmen Singapura-Korsel dalam menerapkan perdagangan bebas yang berbasis aturan
Yoon dan Wong juga sepakat untuk bekerja sama dalam meningkatkan dan memperkuat hubungan bilateral menuju Kemitraan Strategis pada 2025, saat kedua negara memperingati 50 tahun hubungan diplomatik.
"Kerja sama bilateral kami sangat baik, ditopang oleh hubungan ekonomi yang kuat dan hubungan antar masyarakat. Kami juga memiliki kepentingan yang sama dalam menegakkan perdagangan bebas dan tatanan internasional berbasis aturan," ujar Wong.
Menurut Wong, Singapura-Korsel merupakan negara yang memiliki banyak kesamaan, terutama sebagai 'Macan Asia' yang berhasil bertransformasi sebagai kekuatan ekonomi. Meski begitu, Korsel dianggap telah melakukannya dalam skala yang jauh lebih besar, dengan perusahaan-perusahaan inovatif dan budaya pencipta trennya.
2. Kedua negara bahas pengadaan LNG untuk perkuat rantai pasokan energi
Menurut dokumen yang ditandatangani oleh otoritas perdagangan Korsel-Singapura, kedua negara sepakat untuk mengadakan pertemuan darurat dalam waktu lima hari setelah terjadi gangguan rantai pasokan global. Ini termasuk jika terjadi wabah pandemik, kedua negara dapat mengadakan pertemuan darurat untuk membahas kemungkinan kekurangan obat-obatan atau alat pelindung diri. Serta, mencari cara guna mengatasi kekurangan tersebut di salah satu pihak.
Selain itu juga, kedua negara sepakat untuk menstabilkan pengadaan gas alam cair (LNG) yang saling menguntungkan. Kesepakatan itu termasuk, mendorong rantai pasokan energi global yang stabil, mengingat Negeri Ginseng adalah importir LNG terbesar ketiga di dunia dan Singapura adalah pusat perdagangan LNG utama.
Nantinya, dengan perjanjian pembelian bersama, akan memungkinkan kedua negara membeli gas dengan harga yang lebih rendah daripada yang bisa mereka dapatkan jika mereka membelinya secara terpisah, Korea Herald melaporkan.
3. Singapura-Korsel juga memperluas perjanjian layanan udara

Singapura-Seoul juga menyatakan komitmen mereka untuk merevisi perjanjian penerbangan bilateral pada 2025 untuk menyegarkan pertukaran masyarakat di tengah kuatnya permintaan perjalanan udara.
Dikutip dari The Straits Times, perjanjian tersebut terakhir kali diperluas pada November 2019, guna memungkinkan lebih banyak penerbangan antara Singapura-Korsel, dan lebih banyak koneksi melalui negara ketiga.
Menurut Park Chun-shup, sekretaris senior presiden Korsel untuk urusan ekonomi, penandatanganan baru ini merupakan langkah maju dari perjanjian rantai pasokan multilateral yang ditandatangani oleh 14 mitra Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran yang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang telah menjadi dasar kerja sama rantai pasokan hingga saat ini.