Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UEA Larang Israel Ikut Pameran Pertahanan di Dubai

bendera Uni Emirat Arab (unsplash.com/Saj Shafique)
bendera Uni Emirat Arab (unsplash.com/Saj Shafique)
Intinya sih...
  • UEA larang Israel ikut pameran pertahanan di Dubai
  • UEA kecam keras serangan di Doha
  • Serangan Israel gagal mencapai sasaran sepenuhnya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan melarang perusahaan pertahanan Israel untuk berpartisipasi dalam konferensi keamanan besar di Dubai. Keputusan ini diambil setelah Israel melancarkan yang menargetkan pimpinan Hamas di ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025)

Pemberitahuan larangan tersebut telah disampaikan kepada para eksekutif perusahaan dan Kementerian Pertahanan Israel pada Rabu (10/9/2025) dengan alasan keamanan. Namun, pejabat senior Israel yakin langkah itu merupakan respons langsung atas serangan sebelumnya.

Dubai Airshow, yang dijadwalkan berlangsung pada November mendatang, merupakan pameran pertahanan dan penerbangan bergengsi. Sejak 2021, pameran ini telah menghadirkan perusahaan-perusahaan Israel, menyusul penandatanganan Perjanjian Abraham pada 2020 yang menormalisasi hubungan kedua negara.

1. UEA kecam keras serangan di Doha

Dilansir dari The New Arab, Presiden UEA Mohammed bin Zayed al Nahyan telah melakukan perjalanan ke Doha pada Rabu sebagai bentuk solidaritas atas serangan tersebut. Putra Mahkota Yordania Hussein dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman juga diperkirakan akan berkunjung.

Serangan di Doha menewaskan lima anggota Hamas, termasuk putra negosiator utama Khalil al-Hayya, dan seorang pejabat keamanan Qatar. UEA, bersama negara-negara Teluk lainnya, mengecam keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya dan tindakan pengecut yang melanggar hukum internasional dan kedaulatan Qatar.

“UEA berdiri dalam solidaritas dengan Qatar dan mendukung semua tindakan untuk melindungi keamanannya," kata Menteri Luar Negeri UEA, Abdullah bin Zayed.

Kecaman ini menandakan meningkatnya kritik negara kaya minyak tersebut terhadap Israel di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza. Sebelumnya, Abu Dhabi memperingatkan bahwa aneksasi Israel atas Tepi Barat akan menjadi “garis merah” yang berisiko mengancam integrasi kawasan.

2. Serangan Israel gagal mencapai sasaran sepenuhnya

Sementara itu, kondisi para pemimpin senior Hamas yang menjadi sasaran masih belum jelas. Hamas mengklaim bahwa tim perundingnya tidak terluka, dan menyatakan bahwa upaya pembunuhan tersebut gagal tanpa memberikan bukti.

Dilansir dari Jerussalem Post, pejabat pertahanan dan intelijen Israel tidak yakin bahwa serangan tersebut mencapai sasaran sepenuhnya. Dua sumber senior mengaku pesimistis, dengan mengatakan bahwa informasi yang tersedia menunjukkan sebagian besar target yang dimaksud kemungkinan selamat.

Sementara itu, personel industri pertahanan Israel yang menghadiri pameran senjata di Polandia melaporkan bahwa mereka sempat ditanyai oleh otoritas setempat mengenai layanan militer dan cadangan mereka. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengawasan internasional setelah operasi regional Israel.

3. Serangan di Doha terjadi di tengah upaya gencatan senjata

Pekan lalu, Amerika Serikat (AS) mengusulkan kerangka baru untuk gencatan senjata Israel-Hamas. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Israel telah menyetujui ketentuan yang ada dan mendesak Hamas untuk juga menerimanya.

Menurut sumber Israel, proposal tersebut menyerukan pembebasan segera seluruh sandera di Gaza dan dimulainya perundingan untuk mengakhiri perang secara menyeluruh. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, disebut mendesak Hamas agar merespons proposal tersebut secara positif.

Dilansir dari CNN, seorang diplomat yang mengetahui tentang perundingan tersebut mengatakan bahwa Hamas dijadwalkan memberikan jawaban pada Selasa malam, sebelum Israel melancarkan serangan ke Doha.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Berapa Lama Wajib Militer di Korea Selatan? Ini Fakta dan Sejarahnya

13 Sep 2025, 10:21 WIBNews