Usai Ditangkap, Duterte Diterbangkan ke Belanda

Jakarta, IDN Times - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengungkapkan, eks presiden Rodrigo Duterte diterbangkan dari Filipina ke Den Haag, Belanda. Ia dibawa menggunakan pesawat sewaan.
Duterte ditemani oleh mantan sekretaris eksekutif Salvador Medialdea, seorang perawat dan asisten. Pesawat lepas landas pukul 23.03 waktu Manila.
"Pesawat sewaan itu akan membawanya ke Den Haag di Belanda," kata pengacaranya, Martin Delgra, kepada wartawan, dikutip dari Rappler, Rabu (12/3/2025).
Pesawat itu terbang dari Pangkalan Udara Villamor di Kota Pasay, tempat ia dibawa setelah ia menerima surat perintah penangkapan saat tiba dari Hong Kong pada Selasa pagi.
1. Bukan patuh pada ICC

Marcos Jr mengatakan, pemerintah Filipina bukannya patuh pada Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Namun, ini adalah kerja sama dengan Interpol.
"Pesawat itu sedang dalam perjalanan ke Den Haag, Belanda, yang memungkinkannya menghadapi dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang berdarahnya melawan narkoba," kata Ferdinand Marcos Jr dalam konferensi pers.
Dia mengatakan, penangkapan Duterte dilakukan sesuai dengan prosedur Interpol. "Kami tidak membantu Pengadilan Kriminal Internasional dengan cara apa pun. Penangkapan dilakukan sesuai dengan prosedur Interpol," ujarnya.
2. Kewajiban mematuhi Interpol

Kepala Kelompok Investigasi dan Deteksi Kriminal (CIDG) Mayor Jenderal Nicolas Torre III berbicara dengan penasihat Duterte dan mantan sekretaris eksekutif Salvador Medialdea dan seorang wanita lain tentang pesawat sewaan, dalam sebuah video.
Torre mengatakan bahwa mereka mematuhi kewajiban di bawah Interpol. "Kita dapat melakukan ini dengan cara yang sulit, kita dapat melakukan ini dengan cara yang mudah," ucap Torre.
Ia mengatakan, cara mudah adalah dengan memilih ditemani tiga orang di pesawat. Ketiga orang itu akan diberi izin nantinya.
Malacanang sebelumnya mengonfirmasi bahwa Interpol telah menerima surat perintah penangkapan dari ICC pada Selasa pagi sebelum surat itu diserahkan kepadanya.
3. Surat perintah dari ICC melalui Interpol

ICC mengeluarkan surat perintah tersebut melalui Interpol, hampir sembilan tahun sejak pertama kali mengetahui pertumpahan darah di Filipina. Surat ini keluar tujuh tahun sejak Kantor Kejahatan ICC mengumumkan bahwa mereka telah memulai pemeriksaan pendahuluan atas situasi tersebut.
Duterte menanggapi hal itu dengan menarik Filipina keluar dari ICC, yang mulai berlaku setahun kemudian pada 2019.
Duterte menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait pembunuhan dalam perang berdarahnya melawan narkoba. Kampanye andalannya menewaskan sedikitnya 6.252 orang dalam operasi kepolisian saja hingga Mei 2022, atau sebulan sebelum berakhirnya masa jabatan enam tahunnya.
Jumlahnya mencapai antara 27.000 hingga 30.000 orang, termasuk mereka yang dibunuh dengan gaya main hakim sendiri.