Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Palestina Peringati Nakba di Tengah Bayang-bayang Pengusiran

Aksi protes membela Palestina. (Brahim Guedich, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Warga Palestina memperingati Hari Nakba yang menandai awal dari konflik berkepanjangan Israel-Palestina dan pengusiran masal setelah perang 1948.

Perang tersebut menyebabkan Negara Zionis itu mendeklarasikan kemerdekaannya, menyusul penarikan pasukan Inggris dari wilayah yang saat itu disebut Palestina.

Peringatan tahun ini, yang jatuh pada Kamis (15/5/2025), menandai 77 tahun Nakba atau "bencana", di mana sekitar 700 ribu warga Palestina diusir dari tanah mereka, setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaan di wilayah tersebut.

Menurut Badryeh Mohareb, yang mengalami Nakba saat masih kecil, tidak ada perang yang terjadi seperti invasi saat ini.

Invasi Israel yang menewaskan lebih dari 50 ribu orang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza. Serangan Negara Zionis itu memaksa sebagian besar dari lebih dari 2 juta warga Palestina untuk pindah berkali-kali, serta bertahan di tenda-tenda atau rumah-rumah yang dibom dan tempat perlindungan darurat lainnya.

Militer Israel melancarkan operasi skala besar yang masih berlangsung di Tepi Barat pada Januari yang telah memindahkan setidaknya 38 ribu orang.

Operasi yang diklaimnya bertujuan membasmi kelompok-kelompok bersenjata Palestina telah menargetkan kamp-kamp pengungsi, serta melibatkan perintah evakuasi militer dan pembongkaran rumah.

1. Para warga di Tepi Barat peringati Nakba dengan mengibarkan bendera Palestina

Warga Palestina menggelar pawai di kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, untuk memperingati Nakba pada Rabu (14/5/2025). Mereka mengibarkan bendera nasional Palestina dan bendera hitam bertuliskan "kembali" di persimpangan jalan kota tersebut.

Seorang anak laki-laki muda yang mengenakan syal keffiyeh Palestina juga terlihat mengibarkan bendera dan membawa replika kunci raksasa. Replika itu menjadi simbol rumah-rumah yang hilang di tempat yang sekarang menjadi Israel yang diharapkan dapat ditinggali kembali, dilaporkan oleh Al Jazeera.

Lebih dari 50 ribu orang telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023 dan blokade bantuan Israel telah mengancam akan menimbulkan kelaparan. Sementara itu, para pemimpin Negara Zionis terus menyatakan keinginannya untuk mengosongkan Gaza dari warga Palestina.

Di Tepi Barat yang diduduki sejak 1967, pasukan Israel telah menggusur puluhan ribu orang dari kamp-kamp pengungsi sebagai bagian dari operasi militer besar-besaran.

2. Warga Palestina hadapi Nakba baru setiap harinya

Kondisi Gaza akibat perang Israel-Hamas. (twitter.com/UN)

Moamen al-Sherbini, seorang warga Khan Younis di Gaza selatan, mengatakan dirinya merasa sejarah terulang kembali. Dia menyebut kehidupannya telah menjadi Nakba yang panjang, di mana dia kehilangan orang-orang terkasih, rumah-rumah hancur, dan mata pencaharian yang hilang.

"Meskipun ada kenangan yang menyakitkan, kami masih menjalani Nakba baru setiap hari, melalui serangan Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat," ungkap Nakhleh, yang tinggal di kamp pengungsi Jalazone dekat Ramallah, dilansir France24.

Pengungsi Palestina tetap menuntut untuk kembali ke desa-desa dan kota-kota yang saat ini telah menjadi Israel, tempat mereka atau kerabat mereka dipaksa meninggalkannya pada 1948. Hak untuk kembali tetap menjadi isu inti dalam negosiasi yang telah lama terhenti antara Israel dan Palestina.

3. Israel melanjutkan operasi militer yang mengancam pengusiran warga Palestina

ilustrasi bendera Palestina (Makbula Nassar, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Setelah gencatan senjata selama dua bulan, Israel melanjutkan operasinya di Gaza pada Maret. Negara Zionis itu mendesak warga Palestina ke daerah yang semakin menyempit di dekat pantai dan di daerah sekitar Khan Younis, saat pasukannya mendesak masuk dari zona perbatasan.

Menurut badan kemanusiaan PBB (OCHA), 70 persen wilayah Gaza sekarang berada di dalam daerah terlarang yang didirikan di sepanjang tepian daerah kantong atau di daerah yang berada di bawah perintah pengungsian. Lebih dari 436 ribu orang telah mengungsi sejak Maret.

Pada awal Mei, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk memperluas serangan militer di Gaza, yang bertujuan menaklukkan wilayah tersebut. Rencana itu bersamaan dengan perintah untuk menggusur penduduknya secara massal, yang telah menuai kecaman internasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Angga Kurnia Saputra
EditorAngga Kurnia Saputra
Follow Us