WHO Sebut Pandemik COVID-19 Makin Berat Tahun Ini

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 tampaknya belum bisa diatasi tahun ini. Bahkan menurut Pejabat Tinggi Program Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan, pandemik asal Wuhan, Tiongkok itu bisa lebih parah tahun ini.
"Hal itu mungkin terjadi karena cara virus corona baru menyebar semakin cepat," katanya dalam sebuah acara di media sosial, Rabu (13/1/2021).
“Kita akan memasuki tahun kedua ini, bahkan bisa lebih sulit mengingat dinamika transmisi dan beberapa masalah yang kami lihat,” kata Ryan, menurut Channel News Asia.
1. Penyebaran paling pesat terjadi di belahan bumi utara

Dalam pemaparannya, Ryan mengatakan bahwa pertumbuhan kasus baru paling cepat terjadi di negara-negara yang ada di belahan bumi utara. Di mana varian baru COVID-19 yang lebih menular berada.
“Pastinya di belahan bumi utara, khususnya di Eropa dan Amerika Utara, kami telah melihat badai musim dingin yang sempurna seperti itu, dimasuki orang-orang, percampuran sosial yang meningkat dan kombinasi faktor-faktor yang telah mendorong peningkatan penularan di banyak, banyak negara,” kata Ryan.
Sementara itu menurut Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk COVID-19, umumnya terjadi lonjakan kasus baru di banyak negara sebagai hasil dari masa liburan. “Setelah liburan, di beberapa negara situasinya akan menjadi jauh lebih buruk sebelum menjadi lebih baik,” jelasnya.
Ia lebih lanjut mengimbau agar warga dunia terus menjalankan protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik. “Semakin jauh, semakin baik ... tapi pastikan Anda menjaga jarak itu dari orang-orang di luar rumah tangga dekat Anda.”
2. Kasus COVID-19 dunia tembus 92 juta

Kasus virus corona di seluruh dunia masih tinggi meski upaya vaksinasi sudah mulai dijalankan di sejumlah negara. Beberapa negara bahkan terus melaporkan jumlah kasus baru harian yang signifikan.
Menurut Worldometers, sudah ada 92.786.908 orang yang terinfeksi virus itu per Kamis (14/1/2021) pukul 14:00 WIB. Dari total itu, 1.987.077 orang meninggal dunia dan 66.304.638 orang sembuh.
Untuk mencegah penularan lebih jauh, beberapa negara di dunia, seperti Amerika Serikat (AS) telah melakukan vaksinasi terhadap warganya. Negara yang memiliki kasus corona terbanyak di dunia ini memakai dua vaksin COVID-19 sejauh ini, yaitu buatan Pfizer-BioNTech dan buatan Moderna, yang sama-sama memiliki tingkat keampuhan di atas 90 persen.
3. COVID-19 ada selamanya

Secara terpisah, CEO Moderna juga menyampaikan kabar memilukan soal keberadaan COVID-19. Ia mengatakan bahwa virus tersebut akan ada selamanya.
Pernyataan tersebut didasarkannya pada pendapat pejabat kesehatan masyarakat dan ahli penyakit menular, yang mengatakan ada kemungkinan besar bahwa COVID-19 akan menjadi penyakit endemik. Itu berarti penyakit itu akan hadir di masyarakat setiap saat, meskipun kemungkinan pada tingkat yang lebih rendah daripada sekarang.
Menurut WHO, sudah ada empat virus corona yang endemik di seluruh dunia, tetapi tidak menular atau mematikan seperti COVID-19. “Kita akan hidup dengan virus ini, kami pikir, selamanya,” kata CEO Moderna Stephane Bancel dalam diskusi panel di JPMorgan Healthcare Conference, mengutip CNBC.
“Pejabat kesehatan harus terus memantau varian baru virus, sehingga para ilmuwan dapat memproduksi vaksin untuk melawannya,” lanjutnya.
Para peneliti di Ohio mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah menemukan dua varian baru COVID-19 yang kemungkinan besar berasal dari AS dan salah satunya dengan cepat menjadi strain dominan di Columbus, Ohio, selama periode tiga minggu pada akhir Desember hingga awal Januari.