WNI Relawan di Gaza: Makanan Terbatas, Hanya Kurma

Jakarta, IDN Times - Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) relawan MER-C diketahui sampai saat ini masih berada di Khan Younis, Gaza selatan. Mereka ikut mengungsi dengan warga Palestina dari utara karena Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya pun menjadi sasaran serangan Israel.
“Ini di gudang ada Ajwa (kurma). Bahan makanan memang terbatas di sini, jadi ini amanah yang kita langsung salurkan ke warga Palestina,” kata Reza Aldila, salah satu WNI relawan MER-C, dikutip dari laman X @mercindonesia, Jumat (8/12/2023).
Reza dan dua kawannya pun terus berusaha memenuhi pasokan makanan warga Palestina dengan membantu memasak dan mencari bahan makanan di sekitar Khan Younis.
1. Israel mulai kepung Gaza selatan
Pasukan Israel dilaporkan telah bentrok dengan para pejuang Hamas di Gaza selatan. Wilayah selatan ini adalah wilayah tempat mereka mengungsi dari utara akibat serangan Israel yang bertubi-tubi.
Akibat Israel sudah mulai mengepung Gaza selatan, para warga Palestina terpaksa harus mengungsi lagi ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.
Warga Palestina dilaporkan semakin terpojok di wilayah dekat perbatasan Mesir ini. Israel meminta agar warga Palestina merapat ke dekat perbatasan dengan alasan aman dan tidak akan terkena serangan Israel.
“Israel bohong. Tidak ada tempat di Gaza yang aman dan mereka akan kembali memburu kami di Rafah,” kata seorang warga Palestina bernama Samir Abu Ali.
2. Israel masuk ke Khan Younis
Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa mereka sudah berada di jantung kota Khan Younis untuk pertama kalinya.
“Pasukan kami mulai penggerebekan yang sudah ditargetkan di Khan Younis, yang merupakan simbol kekuasaan militer dan administratif Hamas. Militer melenyapkan teroris, menghancurkan infrastruktur teroris dan senjata mereka,” sebut pernyataan dari militer Israel.
3. Israel tambah pasokan BBM ke Gaza
Kabinet Keamanan Israel akhirnya menyetujui peningkatan pasokan BBM ke Jalur Gaza untuk menghindari parahnya krisis kemanusiaan di sana.
Keputusan ini diambil secara internal, sebelum diajukan ke seluruh anggota kabinet untuk mendapatkan persetujuan resmi. Keputusan ini juga ditetapkan setelah Israel terus ditekan oleh Amerika Serikat (AS) untuk membuka akses kemanusiaan tanpa syarat ke Gaza.
Berakhirnya gencatan senjata pada awal Desember ini mengakibatkan Israel memutuskan untuk mengurangi separuh dari pasokan BBM untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. Aksi Israel ini jelas memperparah situasi kemanusiaan di Gaza.