4 Provokasi Bagir Manan Jelang Pemilu: Jangan Beli Kucing dalam Karung

Jakarta, IDN Times - Tokoh pers nasional Profesor Bagir Manan mengingatkan kepada media nasional, agar menjalankan fungsinya dengan baik dalam mengawal Pemilu 2024. Dia meminta kepada pers agar memberikan informasi seputar ide gagasan atau program semua kandidat yang akan bertarung pada pemilu.
"Tapi (media) mendorong para kandidat apa yang akan dilakukan untuk negara, jangan sampai rakyat membeli kucing dalam karung, membeli senyumnya saja," ujar Ketua Dewan Pers dua periode (2010-2013 dan 2013-2016) itu, dalam diskusi kepemiluan dan media bertema Kebebasan, Etika, dan Netralitas Pers di Dewan Pers, Rabu (5/7/2023).
1. Empat 'provokasi' untuk media jelang Pemilu 2024

Bagir Manan pun mengingatkan empat hal pada media dalam meliput pemilu. Dia menyebutnya sebagai 'provokasi'. Provokasi pertama, mobilisasi lebih kuat dari partisipasi. Kedua, pemikiran mayoritas sudah menjadi pemikiran umum.
"Sayangnya, pemikiran ini terkadang mengarah kepada tindakan otoriter," ujar dia, yang kerap menyelingi diskusi dengan guyonan.
Ketiga, mantan Ketua Mahkamah Agung melanjutkan, kebebasan yang berpotensi mengarah ke anarkisme. Keempat, pemilu semata-mata bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan, tidak untuk mewujudkan suatu gagasan, tetapi agar berkuasa, sehingga membenarkan segala cara.
"Tentu ini mesti dihindari keempat provokasi ini. Kita harus hindari," ujar Bagir Manan, mengingatkan.
2. Pers bukan netral tetapi independen
.jpg)
Bicara peran pers dalam pemilu, menurut Bagir Manan, bukan soal netralitas tetapi independen. Media bukan berarti netral tidak berpihak kepada siapapun, justru harus berpihak kepada kebenaran dan rakyat.
Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) itu menyebut, peran dan fungsi pers sekarang ini memang sudah berjalan baik sesuai koridornya. Namun, itu saja belum cukup, ada hal yang lebih penting dari itu, yakni memberikan dampak kebaikan kepada publik.
"Pers independen bukan netral, netral itu orang tidak memilih. Independen dia bersikap, dia berpihak. Di sini salah satu sikap profesional yang independensi selalu terbuka, senantiansa menjunjung tinggi etik, bicara benar, bukan selalu bicara 'benar', tapi berpihak pada kebenaran," ujar dia.
3. Media harus mendorong menciptakan pemimpin yang berkualitas

Dalam pemilu, media jangan hanya memberitakan peristiwa tetapi juga harus berperan mendorong agar melahirkan ide gagasan dari para kandidat yang akan bertarung dalam kontestasi politik. Sehingga, kata dia, pemilu benar-benar menghasilkan pemimpin yang dibutuhkan rakyat.
"Pilihlah orang karena gagasannya, bukan karena senyumnya," ujar dia.
Bagir Manan juga menyinggung peran media yang berfungsi seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, media bisa menjadi alat pengawas kekuasaan, tetapi di lain sisi bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
"Pengawasan preventif dapat menyebabkan hilangnya kebebasan, pengawasan itu bisa seperti pedang bermata dua, bisa disalahgunakan," tuturnya.
Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.