Unik, Begini Cara Surabaya Manfaatkan Sandal Bekas Jadi Alas Jogging
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini kembali menambah sarana publik. Yang terbaru adalah jogging track sepanjang 3 km di kawasan Keputran. Uniknya, Risma mengatakan bahwa jalur lari ini akan dialasi dengan matras yang terbuat dari sandal jepit bekas.
Matras ini dikerjakan sendiri oleh para perajin di bawah naungan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya. Matras tersebut mereka kerjakan di rumah kompos DKRTH yang terletak di daerah Keputih.
1. Sandal jepit berasal dari TPA
Pengawas Pemanfaatan Sampah Rumah Kompos DKRTH, Asyari (46) mengatakan bahwa sandal-sandal jepit ini sudah dikumpulkan sejak 4 bulan yang lalu. Sandal didapatkan dari tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan akhir. "Awalnya sandal dipilah dulu dari tempat pembuangan. Lalu dibawa kesini buat diproses lebih lanjut," ujarnya.
Berbagai jenis sandal jepit dapat digunakan asalkan alasnya berbahan karet. Bahkan, sandal jepit dengan merk swallow dirasa memiliki kualitas alas yang terbaik. "Soalnya swallow itu keras. Jadi bisa padet hasil matrasnya nanti," imbuh Asyari.
2. Melalui berbagai tahapan
Editor’s picks
Delapan orang pekerja terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sandal-sandal yang sudah diambil alasnya lalu dicetak dengan ukuran 4x6 cm dengan alat cetak. Setelah itu potongan-potongan sandal tersebut dilem menjadi dua lapis. Saat lem dapat dipastikan sudah kering, potongan-potongan ini lalu disusun sedemikian rupa di dalam cetakan kayu hingga membentuk pola dan warna yang cantik. "Salah satu proses yang susah ya penataan ini. Karena harus mikir warna-warnanya gimana supaya gak kontras," ujar salah satu pekerja, Adi (32).
Ketika pola sudah terbentuk, kemudian matras dijahit agar merekat kuat. Tak lupa pinggiran matras diberi bingkai yang berasal dari potongan sisa pabrik sandal. Akhirnya jadilah matras alas jogging track yang berukuran 60x100 cm dengan berat mencapai 9 kg per lembar matras.
3. Target masih jauh
Asyari menambahkan bahwa target matras ini mencapai 3.000 matras. Namun hingga saat ini, baru terproduksi 148 lembar. Ia mengaku bahwa kendala utama mencapai target tersebut adalah terbatasnya tenaga dan alat. "Kita sebenarnya kekurangan tenaga dan alat jadi sehari cuma bisa bikin 3-4 matras. Kalau ada tambahan tenaga dan alat bisa jadi 5 sehari supaya target lebih cepat tercapai," tuturnya.
Meski begitu, ia dan para pekerja tetap semangat untuk menuangkan kreatifitas pada sampah yang disulap menjadi matras ini. Para pekerja ini bekerja mulai pukul 09.00-16.00 WIB. Dalam sebulan, para pekerja hanya mendapat jatah libur sebanyak 2 hari.
Baca Juga: Risma Manfaatkan Limbah Sandal untuk Matras Jogging Track