Hindari Hal Negatif di Medsos, TikTok Edukasi ke Sekolah di Bekasi

- TikTok menggelar edukasi di SMA Labschool Cibubur tentang pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak di media sosial
- Platform TikTok memiliki berbagai fitur keamanan yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh orang tua
- TikTok memiliki tiga pilar program untuk menciptakan ekosistem yang aman dalam bermedia sosial, termasuk fitur Family Pairing untuk pengawasan orang tua
Bekasi, IDN Times - Platform media sosial (Medsos) TikTok menggelar edukasi terhadap para orang tua di SMA Labschool Cibubur yang berlokasi di Jalan Raya Hankam Jatiranggon, Kecamatan Jatisampurna, kota Bekasi pada Jumat (15/11/2024).
Communications Director TikTok Indonesia, Anggini Setiawan menjelaskan, TikTok menjadi media sosial yang banyak digandrungi oleh pengguna di Indonesia, terutama di kalangan remaja. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dari orangtua untuk mengetahui bagaimana navigasi anak dalam media sosialnya.
Sebagai upaya menekan risiko negatif pada anak dalam bermedia sosial, TikTok bersama SEJIWA Foundation, menghadirkan program roadshow 'Seru Berkreasi dan #SalingJaga' di enam sekolah di wilayah Jabodetabek yang salah satunya yakni di SMA Labschool Cibubur.
“Jadi di platform kami memiliki kampanye ‘SalingJaga’, kami memang melaksanakan sebuah program yang kami sebut dengan School Road Show, di sini kami bermitra dengan Sejiwa, karena Sejiwa adalah ekspertnya, mereka juga yang sebenarnya mengatakan bahwa platform kami adalah pintu masuk yang paling tepat,” kata Anggini kepada jurnalis, Jumat (15/11/2024).
1. TikTok sudah memiliki fitur pengawasan

Anggini juga menjelaskan, TikTok memiliki berbagai fitur yang dapat dimanfaatkan orang tua untuk mengawasi anaknya di media sosial TikTok. Namun fitur-fitur itu, lanjut Anggini, belum dimanfaatkan secara maksimal oleh orang tua.
“TikTok telah menyediakan berbagai fitur keamanan, kebijakan, hingga moderasi konten. Namun, kami melihat fitur-fitur ini sering kali belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna, terutama oleh orang tua yang memiliki peran besar dalam mendampingi remaja di dunia digital,” katanya.
2. 3 program aman bermain Medsos

Anggini juga mengatakan, TikTok memiliki tiga pilar program untuk menciptakan ekosistem yang aman dalam bermedia sosial. Pertama yakni kebijakan batas usia dan rekomendasi konten.
“TikTok hanya boleh 14 tahun ke atas ya (penggunanya). Jadi 14-15 punya perlakuan khusus, 16-17 punya perlakuan khusus, dan nanti 18 tahun ke atas pun juga baru diberikan akses yang sepenuh-penuhnya,” jelasnya.
TikTok juga memiliki fitur Sumber Daya dan fitur Kemanan yang bisa memberikan informasi-informasi yang bisa diakses baik oleh remaja maupun juga oleh orang tua.
Selanjutnya, TikTok melakukan kampanye proaktif, kampanye ini menargetkan langsung kepada para orang tua dan remaja dengan demonstrasi fitur keamanan TikTok di sekolah-sekolah.
Anggini mengatakan, fitur yang selalu didemonstrasikan saat menggelar edukasi yakni fitur Family Pairing atau keterlibatan keluarga. Fitur itu untuk memberikan akses kepada orang tua untuk mengawasi anaknya saat bermain TikTok. Fitur itu juga berfungsi untuk para orang tua mengatur waktu lama anak bermain media sosial TikTok.
“Ini semua kendalinya ada di orang tua,” jelas Anggi.
3. Tiga langkah agar anak tetap berinteraksi secara langsung

Sementara, Founder SEJIWA Foundation, Diena Haryana, menjelaskan, saat ini para orang tua memiliki tantangan untuk mengajak anaknya berinteraksi kepada masyarakat secara langsung dan keluar dari dunia digital.
Untuk itu, Diena pun telah menyiapkan 3 langkah strategi untuk para orang tua agar anaknya tetap melakukan interaksi secara langsung tanpa harus menghentikan secara total akses digital.
“Pertama adalah screen time, yakni mengingatkan remaja kita untuk mengontrol waktu layar mereka. Terus screen break, yaitu memastikan bahwa remaja kita tidak berlebihan (bermedia sosial)," jelasnya.
Selain itu, lanjut Diena, langkah ketiga yakni screen zone. Screen zone yakni menentukan area-area di rumah yang sebaiknya tidak boleh melakukan penggunaan gadget.
“Kami berharap ada tiga ruangan yang kita harapkan putra putri kita untuk tidak menggunakan gadget, pertama kamar, ruang makan, dan kamar mandi,” ungkap Dienna.