IDI: PSBB di Depok Belum Efektif, Transportasi Harus Segera Dibatasi

Depok, IDN Times - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, dr. Alif Noeriyanto Rahman menilai, pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Depok, Jawa Barat belum berjalan efektif.
Menurut Alif, pelaksanaan PSBB yang semestinya bertujuan memutus penularan COVID-19, nyatanya belum terlihat di Kota Depok, seiring bertambahnya warga yang terjangkit virus corona.
“Menurut kita belum efektif. Perlu dievaluasi ulang kalau perlu diperpanjang dengan pembatasan yang jauh lebih ketat,” ucap Alif kepada IDN Times, Rabu (22/4).
1. Sepekan PSBB berjalan, kasus positif COVID-19 bertambah 49 orang

Penilaian Alif berangkat dari jumlah kasus positif COVID-19 yang bertambah selama berlangsungnya pelaksanaan PSBB. Menilik data Crisis Center COVID-19 Kota Depok, kasus positif virus corona sejak Depok menerapkan PSBB pada Rabu (15/4) lalu hingga Selasa (21/4), telah bertambah 49 orang dengan total keseluruhan kasus positif mencapai 198 orang.
Bertambahnya jumlah mereka yang terpapar virus corona, kata dia, menunjukkan bahwa penerapan jaga jarak fisik atau physical distancing selama PSBB belum berjalan maksimal.
“PSBB kami melihatnya cukup efektif bila physical distancing dilakukan dengan benar. Ini belum berlaku. Kondisi sekarang jalanan masih ramai,” ujar Alif.
Menurutnya, perlu ada langkah tegas untuk membatasi mobilitas warga yang masih menggunakan transportasi umum, seperti Kereta Commuter Line (KRL) sebagai upaya mengurangi risiko penularan COVID-19.
Bila pun transportasi massal masih tetap beroperasi, kata dia, semestinya diperuntukkan hanya bagi mereka yang memang berstatus pekerja di 11 sektor sektor usaha yang diperbolehkan tak menjalani aturan kerja dari rumah atau work from home (WFH).
“Selama ini kan enggak ada pengecekan status warga,” ujarnya.
2. Pemkot diminta tegas dalam membatasi transportasi

Dalam pandangannya, Pemkot Depok perlu melakukan evaluasi, terlebih dalam hal efektivitas penerapan PSBB di transportasi umum. Setelahnya, harus ada kebijakan tegas dalam pembatasan transportasi.
Ia mengingatkan Pemkot Depok untuk berkaca pada kasus penyebaran COVID-19 di Italia. Di mana pemerintah sejak awal tak ambil langkah membatasi penggunaan moda transportasi massal, sehingga jadi salah satu celah penularan virus corona, selain karena faktor masyarakatnya yang abai dalam hal jaga jarak fisik.
“Kalau mau PSBB termasuk angkutan dibatasi, disetop karena kasus di Italia ketika sama seperti (di Indonesia) mereka tidak menghentikan transportasi, di sana mereka tidak membatasi transportasi sehingga penularan berjalan dan berlanjut," kata Alif.
3. Warga Depok masih banyak pergi kerja ke Jakarta

Sementara itu, aktivitas warga di luar rumah terpantau masih ramai selama penerapan PSBB. Hal itu terlihat dari pantauan arus lalu lintas di jalan raya, yang menunjukkan peningkatan volume kendaraan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Dadang Wihana mengatakan, hasil pemantauan arus lalu lintas selama sepekan penerapan PSBB, belum menunjukkan tanda-tanda penurunan volume kendaraan.
“Dari hari pertama PSBB sampai Minggu (19/4) terjadi penurunan volume kendaraan sebesar 11,43 persen dari biasanya. Namun, sehari berselang terjadi peningkatan kembali volume kendaraan, baik mobil dan motor," ucap Dadang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/4).
Dia menjelaskan, penumpukan kendaraan yang melintas didominasi oleh mereka yang hendak pergi kerja ke Jakarta, mengingat masih banyaknya perusahaan di ibu kota yang masih beroperasi selama masa PSBB.