Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan Omicron

Omicron dinilai masih berbahaya menurut WHO

Jakarta, IDN Times - Hasil sebuah studi yang dilakukan Israel menyatakan vaksin dosis keempat atau booster, mampu meningkatkan kadar antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dosis sebelumnya. Hanya saja, booster ini dinilai belum efektif dalam mencegah infeksi varian Omicron.

“Ini mungkin masih belum cukup untuk (melawan) Omicron. Kita tahu sekarang bahwa tingkat antibodi yang diperlukan untuk melindungi, dan mencegah Omicron mungkin terlalu tinggi bagi vaksin, meskipun itu vaksin yang bagus," kata Direktur Unit Penyakit Menular di Sheba Medical Center, Gili Regev-Yochay kepada Reuters dikutip ANTARA, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga: Moderna Klaim Data Vaksin Omicron Siap Maret 2022

1. Meneliti efek booster keempat vaksin Pfizer dan Moderna

Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan Omicronilustrasi botol vaksin COVID-19 buatan Moderna (pexels.com/Mufid Majnun)

Dalam studi tersebut, Sheba Medical Center Israel, menyuntikan booster kedua atau vaksin keempat Pfizer pada uji coba yang dilakukan kepada 154 stafnya, plus meneliti efek yang dihasilkan dari vaksin booster tersebut dua pekan setelahnya. 

Selain itu, mereka juga meneliti booster Moderna yang disuntikan kepada 120 orang usai disuntikan sepekan sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut, nantinya akan dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak menerima booster dosis keempat vaksin COVID-19.

2. Studi dari Israel akan kembali jadi acuan

Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan OmicronIlustrasi Kronologi Penemuan Kasus Pertama Omicron di Indonesia/IDN Times Aditya

Beberapa temuan yang dibuka rumah sakit dalam studi ini merupakan awalan atau yang pertama di dunia. Hasil temuan ini juga masih belum diterbitkan Israel, karena mereka masih terus melakukan studi untuk menemukan cara efektif dalam menangani varian baru yang muncul.

Israel sebelumnya sukses meluncurkan vaksinasi COVID-19 pertama tahun lalu. Hal itu pun diikuti negara-negara lainnya. Jika studi ini berhasil, kemungkinan besar hal itu bakal jadi acuan bagi banyak negara lain.

Sebelumnya, Israel juga sudah melakukan vaksinasi COVID-19 booster kedua atau dosis keempat pada Desember 2021. Otoritas terkait mulai memberikan dosis tersebut kepada orang-orang berusia rentan hingga petugas kesehatan, dan pasien penderita gangguan imun.

3. WHO ingatkan bahaya Omicron

Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan Omicronilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Hasil studi ini membuat Sheba Medical Center Israel, harus kembali bekerja ekstra keras menemukan formula tepat untuk menangani varian Omicron. Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 varian Omicron dapat mengakibatkan penyakit serius yang mengancam jiwa, meski beberapa temuan efek dan gejala Omicron ringan. 

Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr Mike Ryan mengatakan, masalah itu akan semakin membahayakan jika orang-orang yang terinfeksi tidak divaksinasi, terlebih orang tua dan orang dengan kondisi tertentu. Mereka berisiko menghadapi ancaman lebih tinggi untuk sakit parah jika terinfeksi Omicron, hingga menghilangkan nyawa.

“Omicron masih merupakan ancaman besar bagi kehidupan mereka dan ancaman besar bagi kesehatan mereka,” kata Ryan tentang mereka yang tidak divaksinasi selama Q&A di saluran media sosial WHO.

Baca Juga: Amankah Sengaja Terkena Omicron agar Mendapat Imunitas Alami?

4. Hasil studi di Inggris soal varian Omicron

Studi di Israel Sebut Vaksin Booster ke-4 Belum Efektif Lawan OmicronBendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Sementara, penelitian besar yang diterbitkan otoritas kesehatan Inggris pada Jumat, 31 Desember 2021, menunjukkan orang yang terinfeksi varian Omicron cenderung tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi varian Delta.

Data terbaru dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menemukan risiko rawat inap bagi orang yang terinfeksi Omicron adalah sekitar sepertiga dari yang ditimbulkan oleh varian Delta.

Dikutip dari CNBC, studi ini menganalisis lebih dari 528 ribu kasus Omicron dan 573 ribu kasus Delta dari 22 November hingga 26 Desember di Inggris.

Namun, Kepala Penasihat Medis Susan Hopkins memperingatkan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti tentang tingkat keparahan penyakit yang disebabkan varian Omicron.

“Meningkatnya penularan Omicron dan meningkatnya kasus pada populasi di atas 60-an di Inggris berarti masih sangat mungkin bahwa akan ada tekanan signifikan pada NHS (Layanan Kesehatan Nasional Inggris) dalam beberapa minggu mendatang,” kata Hopkins.

Studi baru di Inggris juga menemukan vaksin COVID-19 mengurangi risiko rawat inap dari terinfeksi varian Omicron, dan dosis booster memberikan tingkat perlindungan tertinggi. Data terbaru ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa vaksin memberikan tingkat perlindungan yang signifikan dari Omicron dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.

Menurut penelitian ini, satu dosis vaksin 52 persen efektif mencegah rawat inap dari varian Omicron, sementara dua dosis memiliki keampuhan 72 persen. Namun, setelah 25 minggu, dua dosis vaksin melemah dan menjadi 52 persen efektif untuk mencegah rawat inap.

Dari studi juga diketahui bahwa dosis booster secara signifikan meningkatkan perlindungan dan 88 persen efektif mencegah rawat inap dalam dua minggu setelah menerima suntikan.

“Perlindungan terhadap rawat inap dari vaksin baik terhadap varian Omicron,” kata Badan Keamanan Kesehatan Inggris dalam laporan tersebut.

Namun, badan tersebut menemukan bahwa vaksin saat ini kurang efektif dalam mencegah infeksi simtomatik dari Omicron dibandingkan dengan varian Delta. Vaksin AstraZeneca, yang disetujui di Inggris tetapi tidak di Amerika Serikat (AS), tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi simtomatik dari Omicron 20 minggu setelah dosis kedua.

Vaksin Pfizer dan Moderna, vaksin yang paling banyak diberikan di AS, hanya sekitar 10 persen efektif dalam mencegah infeksi simtomatik dari Omicron 20 minggu setelah dosis kedua. Sedangkan dosis booster meningkatkan perlindungan dan hingga 75 persen efektif dalam mencegah infeksi dua sampai empat minggu setelah menerima suntikan ketiga. Namun, booster melemah setelah sekitar 10 minggu, dan hanya memberikan perlindungan 40 hingga 50 persen terhadap infeksi simtomatik.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan mereka yang tidak divaksinasi berpotensi delapan kali lebih mungkin berakhir di rumah sakit karena COVID-19.

Sedangkan, WHO baru-baru ini juga memperingatkan masih terlalu dini untuk menyimpulkan dampak varian Omicron lebih ringan daripada varian COVID-19 sebelumnya. Dr Abdi Mahamud, manajer insiden WHO untuk COVID-19, mengatakan Omicron sejauh ini sebagian besar menginfeksi orang yang lebih muda yang umumnya mengembangkan penyakit yang tidak terlalu parah.

“Kita semua ingin penyakit ini lebih ringan, tetapi populasi yang terkena dampak sejauh ini adalah yang lebih muda. Bagaimana perilakunya pada populasi lansia, yang rentan – kami belum tahu,” kata Mahamud saat jumpa pers di Jenewa, akhir Desember 2021.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya