Jurus Menko PMK Dorong Percepatan Penanganan Penyakit TBC

- Menko PMK perkuat peran masyarakat di garis depan untuk eliminasi TBC
- Mendorong kepala daerah mengaktifkan kembali Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TP2TB)
- Pemerintah akan memastikan akses terhadap pengobatan dan skrining menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat
Jakarta, IDN Times – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mendorong gerakan untuk mempercepat penanganan Tuberkulosis (TBC).
Hal ini disampaikan langsung Pratikno dalam Kick Off Kampanye TOSS TBC (Temukan Obati Sampai Sembuh) di Jakarta, Minggu (9/11/2025). Gerakan ini merupakan bagian dari upaya mempercepat penanganan TBC di Indonesia.
“Kita harus segera turunkan kasus TBC Ini,” ucap Pratikno dalam sambutannya.
1. Perkuat peran masyarakat dan daerah di garis depan

Strategi pertama yang ditekankan adalah optimalisasi peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah. Pratikno menyebut kunci keberhasilan eliminasi TBC justru berada di tingkat akar rumput, mulai dari RT/RW hingga kelurahan. Mereka diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam menemukan kasus baru, dan mendampingi pasien hingga dinyatakan sembuh.
“Terima kasih kepada bapak-bapak, dan ibu-ibu dari desa kelurahan dan RT/RW, karena kuncinya ada di lapangan,” ujar dia.
Selain itu, sebagai bentuk penguatan kelembagaan, Pratikno juga mendorong seluruh kepala daerah untuk segera mengaktifkan kembali Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TP2TB) di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota. Langkah ini diperkuat dengan menggerakkan program Desa dan Kelurahan Siaga TBC sebagai bagian dari strategi nasional.
2. Akses pengobatan gratis dan skrining yang lebih luas

Langkah konkret kedua adalah memastikan akses terhadap pengobatan dan skrining dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat. Pratikno mengingatkan obat untuk TBC telah tersedia secara gratis di Puskesmas. Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat untuk memanfaatkan dan tidak ragu memeriksakan diri.
“Obatnya tersedia di Puskesmas, alat skrining tersedia,” ujarnya.
Selain itu, Pratikno juga menekankan pentingnya skrining berkala yang terintegrasi. Pemerintah mengklaim akan mendorong pemeriksaan kesehatan secara rutin, tidak hanya di fasilitas layanan kesehatan, tetapi juga dengan menjangkau kluster-kluster rawan seperti tempat kerja, sekolah, pesantren, dan lembaga pemasyarakatan. Hal ini bertujuan untuk menemukan kasus sedini mungkin.
3. Hilangkan stigma dan beri perlindungan bagi penyintas

Tak hanya itu, strategi lainnya yang tidak kalah penting adalah upaya menghilangkan stigma negatif terhadap penyintas TBC. Pratikno menegaskan pasien TBC yang sedang dalam pengobatan harus tetap bisa beraktivitas normal, seperti bersekolah, bekerja, dan berinteraksi sosial tanpa dikucilkan atau mengalami diskriminasi.
"Jangan juga ada stigma, dikucilkan, kalau sekolah dijauhi teman-temannya, atau kalau bekerja terkena PHK. Kita memberikan perlindungan kepada penderita," tegasnya.
Penghapusan stigma ini dianggap sebagai faktor penentu yang dapat mendorong lebih banyak orang untuk secara sukarela memeriksakan diri tanpa rasa takut.


















