Komnas HAM: Kasus Mutilasi di Papua Diduga akibat Motif Bisnis Solar

Jakarta, IDN Times - Komnas HAM mengungkap penyebab enam anggota TNI AD bersama tiga warga sipil mutilasi empat warga Mimika, Papua, diduga karena masalah bisnis solar.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan dugaan tersebut didapat dari bukti percakapan antara pelaku dengan korban di dalam group WhatsApp (WA).
“Ya memang kecenderungan dari ini soal bisnis. Makanya kita tekankan pelaku ini punya rekanan bisnis antara TNI sama sipil,” kata Anam di Kantor Komnas HAM, Selasa (20/9/2022).
1. Barang bukti HP pelaku harus dibuka untuk membongkar motif mutilasi

Karena itu, Komnas HAM sebut handphone (HP) milik para pelaku harus dibuka untuk membongkar terkait bisnis solar. Sebab, Komnas HAM meyakini awal mula mutilasi berangkat dari grup WA jual beli solar.
“Kami mencatat beberapa grup WhatsApp di antara para pelaku, baik anggota TNI maupun masyarakat sipil di sana. Itu harus dibuka supaya kita tahu terang benderangnya peristiwa ini,” ujar Anam.
2. Komnas HAM menduga ada penyiksaan sebelum dibunuh dan dimutilasi

Komnas HAM juga menduga adanya penyiksaan terhadap para korban sebelum akhirnya dimutilasi dan dibuang. Hal tersebut terlihat dari rentetan peristiwa mulai perencanaan, eksekusi, hingga mutilasi di tempat berbeda.
“Hidup ketika dibawa, terus ditusuk lagi, pakai senjata tajam. Dari proses itulah kami melihatnya memang ada indikasi penyiksaan. Jadi ini ada penembakan, pakai senjata tajam, terus sampai mutilasi,” kata Anam.
3. Komnas HAM sebut ada dugaan perlakuan merendahkan martabat manusia

Selain penyiksaan, Komnas HAM juga temukan adanya dugaan perlakuan merendahkan martabat manusia hingga hilangnya nyawa.
“Ini yang penting menjadi high light dari Komnas adalah informasi dugaan penyiksaan, kekerasan, dan perlakuan merendahkan martabat manusia sampai hilangnya nyawa. Jadi ada dugaan penyiksaan, kekerasan, dan juga perlakuan lain yang merendahkan harkat dan martabat manusia," kata Komisoner Komnas HAM, Beka Ulung di lokasi yang sama.