KSP Tinjau Kualitas Penyaluran Makan Gizi Gratis

- Uji coba program makan bergizi gratis dilakukan oleh BGN di SMP 1 Barunawati, Jakarta Barat.
- Kepala KSP memastikan kualitas dan standar gizi sebelum program diluncurkan secara resmi pada Januari 2025.
- Pentingnya penyesuaian kandungan kalori dan gizi makanan dengan kebutuhan usia siswa.
Jakarta, IDN Times - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Anto Mukti Putranto, langsung pelaksanaan uji coba program makan bergizi gratis oleh Badan Gizi Nasional (BGN) di SMP 1 Barunawati, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (28/11/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan standar gizi sebelum program diluncurkan secara resmi pada Januari 2025.
Dalam kunjungannya, Putranto didampingi Wakil KSP Muhammad Qodari dan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi.
“Jadi, saya melihat secara langsung apa yang dilakukan BGN ini sebagai bahan laporan kepada presiden. Kita akan memantau hingga wilayah Papua,” ujar Putranto dalam keterangannya.
1. KSP senang siswa-siswi suka dengan menu yang diberikan

Putranto mengapresiasi antusiasme siswa terhadap program ini. Ia mengungkapkan suasana gembira siswa-siswi saat menyantap makanan merupakan bukti nyata bahwa standar menu yang disajikan oleh BGN telah memenuhi ekspektasi.
“Kita meninjau salah satu tempat yang menjadi salah satu pilot project dari BGN yakni di daerah Slipi, program ini saya melihat langsung apa yang dilakukan oleh teman-teman dari BGN sangat luar biasa. Sepintas saya melihat anak yang kita tanya dia langsung bicara enak itu kan tidak bisa dibohongin artinya yang beliau-beliau sajikan itu bagus standarnya,” ucap dia.
2. kalori dan gizi harus seimbang

Putranto menekankan pentingnya penyesuaian kandungan kalori dan gizi makanan dengan kebutuhan usia siswa.
“Karena akan dibagi untuk dari TK sampai dengan kelas 2 SD itu kalorinya 400, kemudian kelas 3 sampai kelas 6 itu 550, selebihnya itu 700 SMA dan sebagainya, sehingga menu yang disampaikan itu sesuai dengan porsi mereka,” kata dia.
DIa mengatakan, makan bergizi tidak harus dilakukan siang hari, tetapi disesuaikan dengan jadwal masuk sekolah.
“Makan bergizi bukan hanya makan siang, tetapi disesuaikan. Misalnya, anak PAUD atau TK yang masuk pukul 09.00, makannya seperti sarapan. Intinya, makan bergizi harus sampai ke anak didik,” ujar Putranto.
3. Siswa juga harus diajari etika makan

Selain memenuhi kebutuhan gizi, program ini juga memberikan pembelajaran etika makan kepada siswa, seperti cara menggunakan alat makan dan kebiasaan berdoa sebelum makan.
“Mereka diajari cara makan, cara memegang alat makan, hingga berdoa sebelum makan,” kata dia.
Putranto memastikan seluruh siswa menerima makanan tanpa terkecuali. Ia juga menyebut makanan yang dibawa pulang tetap terkontrol gizinya.
“Tidak ada yang tidak kebagian semua terhitung, karena ini dari ketua yayasannya beliau sudah mendata sebelum bergerak dari BGN sudah mendata. Jadi kalau makanan misalnya dibawa pulang itu tidak masalah, tapi tetap mereka makan itu, diberikan makan itu karena yang jelas gizinya kan lebih bagus,” imbuhnya.