Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nihayatul Wafiroh: Sesuai Ajaran Agama, Perempuan Harus Berpolitik

Sayap partai politik (parpol) PKB, Perempuan Bangsa menggelar Musyawarah Nasional (Munas) V di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11/2024) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Intinya sih...
  • Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh ajak perempuan tak khawatir berkiprah dalam politik untuk memperjuangkan hak perempuan.
  • Budaya patriarki turut memperburuk posisi perempuan, kesetaraan sulit dicapai, butuh melibatkan pemuka agama.
  • Seniman dan aktivis perempuan Chiki Fauwzi ajak seluruh perempuan menyuarakan isu dan dilakukan pemberdayaan di semua lini kehidupan.

Jakarta, IDN Times - Pembina DPP organisasi sayap PKB, Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh mengajak perempuan untuk tak khawatir berkiprah dalam dunia politik. Ia menilai, keterlibatan dalam ranah politik itu ialah untuk memperjuangkan hak perempuan.

"Sebenarnya terkadang urusan politik ini sebagai banyak orang mengatakan bahwa jangan di politik, politik itu adalah daerah yang kotor sehingga perempuan tidak bisa di situ," ucap Ninik dalam rangkaian acara Munas Perempuan Bangsa V bertajuk 'Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya: Menuju Indonesia Emas 2045' di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

"Padahal, kalau di politik, kalau saya ingin mengkaitkan dengan agama, sekali kita melakukan hal baik di politik itu jangka panjang yang akan kita lakukan. Jadi sebetulnya politik ini baik dan sesuai ajaran agama," sambungnya.

1. Budaya patriarki memperburuk posisi perempuan

Ilustrasi keterwakilan perempuan dalam pemilu (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu mengakui jika budaya patriarki turut memperburuk posisi perempuan di sejumlah lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya kesetaraan pun sulit dicapai.

"Muaranya adalah cara kita menafsirkan agama terkait bagaimana posisi perempuan. Lalu soal budaya yang di mana-mana selalu bapak duluan, kaum ibu belakangan. Ini harus diseimbangkan, bahwa hakikatnya baik laki-laki dan perempuan itu punya kedudukan yang sama," tegasnya.

2. Perjuangan kesetaraan perempuan harus libatkan pemuka agama

ilustrasi sambutan Hari Santri Nasional (pexels.com/Alena Darmel)

Ninik menganggap, dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan juga perlu melibatkan pemuka agama. Sebab masyarakat di daerah cenderung mendengar pesan dari para tokoh agama.

"Kalau di kampung yang ngomong camat atau kades kadang nggak didengar, tapi kalau pemuka agama biasanya lebih didengar. Nah, jadi kita tidak bisa jalan sendiri, kita perlu menggandeng pemuka agama agar menyuarakan kesetaraan bisa lebih maksimal," imbuh dia.

3. Perempuan harus aktif suarakan isu dan dibarengi dengan aksi nyata

Sayap partai politik (parpol) PKB, Perempuan Bangsa menggelar Musyawarah Nasional (Munas) V di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11/2024) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Dalam kesempatan yang sama, seniman sekaligus aktivis perempuan, Chiki Fauwzi mengajak agar seluruh perempuan menyuarakan isu yang dialami dan dibarengi dengan aksi nyata.

"Dengan kita menyuarakan sesuatu dan breakdown pada reel action itu bisa lebih memberi dampak (yang lebih luas). Aku sebagai bagian dari anak muda ya, kalau kita melihat keresahan harus bisa menyuarakannya dan dibarengi reel action," ungkapnya.

Chiki juga mendorong pemberdayaan perempuan mutlak dilakukan di semua lini kehidupan. Menurutnya perempuan yang berdaya adalah tujuan utama, tetapi skill juga harus diperkuat. 

"Kita (perempuan harus) berdaya dulu, perempuan harus punya skill," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Deti Mega Purnamasari
3+
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us