Pemberkatan Pernikahan Sesama Jenis Diizinkan Paus, Ini Penjelasannya
.jpg)
Jakarta, IDN Times - Berita soal Paus Fransiskus memperbolehkan para pastor untuk memberkati pasangan sesama jenis yang ingin menikah, menjadi sorotan berbagai pihak. Gereja Katolik dianggap menyetujui pernikahan sesama jenis.
Hal ini berangkat dari deklarasi Fiducia Supplicans yang diterbitkan via Vatican News pada Senin, 18 Desember 2023 lalu. Paus Fransiskus menyetujui pemberkatan bagi pasangan sesama jenis atau homoseksual, namun dengan satu syarat, yaitu mereka tidak menjadi bagian dari ritual atau liturgi reguler gereja. Selain itu, pemberkatan pernikahan sesama jenis ini tidak boleh disamakan dengan sakramen pernikahan heteroseksual.
Terkait hal ini, Pastor Benny Phang OCarm menjelaskan bahwa deklarasi ini memang sudah menciptakan banyak perdebatan, serta pro dan kontra. Dia menyebut, komentar yang ada tak disertai bacaan yang menyeluruh dari Deklarasi Fiducia Supplicant, sehingga sebagian isinya bias.
Dalam pernyataan resminya yang sudah dikonfirmasi IDN Times, Pastor Benny mengatakan, deklarasi tersebut adalah soal pemberkatan bukan perkawinan.
“Deklarasi ini adalah deklarasi tentang "makna pastoral pemberkatan," bukan tentang perkawinan, atau relasi yang bermasalah dalam perkawinan, atau tentang relasi homoseksual. Ini tertulis jelas pada sub judul dari dokumen ini. Menafsirkan di luar intensi ini adalah bias yang berlebihan,” ujar Pastor Benny, dikutip Rabu (20/12/2023).
1. Pemahaman berkat berangkat dari Pasal Roma 5:8

Dari Roma dia menuliskan penjelasan untuk memahami apa berkat yang dimaksud. Deklarasi mengutip teks yang jadi dasar teologis kokoh dalam Alkitab, yang termuat dalam Pasal Roma 5:8.
"Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
Menurut Benny, jika dibaca secara menyeluruh seluruh perikop atau paragraf Roma 5:1-11 maka makna surat Paulus ini harusnya bisa dipahami.
“Jika Anda membaca seluruh perikop (Rm 5:1- 11) dengan tenang, Anda akan memahami maknanya yang luar biasa dari surat Paulus ini,” kata dia.
2. Ajaran Katolik tentang perkawinan tidak berubah

Benny mengatakan, kasih Allah yang menurunkan berkat tidak tergantung pada apakah seorang berdosa atau tidak, layak atau tidak.
“Kasih Allah tidak pernah dikondisikan oleh prestasi moral kita. Sebaliknya, sikap moral kita adalah tanggapan akan kelimpahan kasih dan berkat Allah pada kita yang lemah dan berdosa ini,” kata Benny.
Maka apakah ada perubahan ajaran Katolik tentang perkawinan, Benny menegaskan, tidak ada sama sekali, malah ada konfirmasi ulang yang tegas.
“Apakah ada perubahan ajaran tentang perkawinan? Tidak sama sekali, malah konfirmasi ulang dengan tegas,” tulis Benny.
“Perkawinan disebut sebagai persatuan yang eksklusif, stabil, dan tak terpisahkan antara seorang pria dan seorang wanita, yang secara alamiah terbuka untuk kelahiran anak. Hanya dalam konteks inilah hubungan seksual menemukan maknanya yang alamiah, memadai dan sepenuhnya manusiawi. Doktrin gereja tentang hal ini tetap teguh dan tidak berubah,” ujarnya.
3. Tak boleh ada ritus yang bertentangan dengan makna perkawinan

Benny juga mengatakan, makna ritus pemberkatan dalam liturgi gereja adalah untuk mempersembahkan seseorang dalam kuasa kasih yang mampu mendorong mereka untuk melaksanakan perintah-perintah Allah.
“Inilah logika dasar bahwa tidak boleh ada pemberkatan liturgis dengan ritus tertentu semua praktik cara hidup yang bertentangan dengan makna perkawinan. Termasuk di dalamnya: segala bentuk persatuan (union) yang mirip perkawinan atau yang di luar perkawinan. Big No!,” kata dia.