Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengamat: Ridwan Kamil Temui Jokowi-Prabowo untuk Minta Dukungan

Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil (kanan) ketika berkunjung ke kediaman mantan Presiden Joko "Jokowi" Widodo di Solo. (www.x.com/@ridwankamil)
Intinya sih...
  • Ridwan Kamil minta dukungan dari Jokowi dan Prabowo untuk Pilkada 2024 karena elektabilitasnya stagnan dan mulai disalip oleh Pramono Anung-Rano Karno.
  • Pendukung Anies Baswedan dan Ahok beralih ke kubu Pramono-Rano, membuat Kang Emil sulit meraih kemenangan di Jakarta.
  • Ujang Komaruddin menilai pertemuan Kang Emil dengan Jokowi dan Prabowo menunjukkan mentalitas kalah, berbeda dengan budaya anak muda yang mengedepankan prestasi.

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komaruddin, menilai langkah calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, menemui Presiden Prabowo dan mantan Presiden Joko "Jokowi" Widodo lantaran ingin meminta dukungan di Pilkada 2024. Apalagi elektabilitas pria yang akrab disapa Kang Emil itu stagnan dan mulai disalip oleh paslon Pramono Anung-Rano Karno. 

Kang Emil menemui Jokowi di rumahnya di Solo pada 1 November 2024 lalu. Sedangkan pertemuan dengan Presiden Prabowo dilakukan sehari sebelumnya di rumah makan Padang di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. 

"RK itu kan minta perlindungan kepada Jokowi dan Prabowo. Karena kan yang bisa mendukung (agar menang) hanya dua orang itu," ujar Ujang ketika dihubungi IDN Times melalui telepon, Rabu (6/11/2024). 

Apalagi Kang Emil kerap mengatakan, menang atau kalah di Pilkada Jakarta juga menyangkut harga diri partai-partai yang bernaung di bawah Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus dan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Kang Emil berharap ia bisa memenangkan Pilkada Jakarta. 

Dukungan langsung dari Prabowo, kata Ujang, dibutuhkan bila Kang Emil ingin menang di Jakarta. Seandainya Prabowo membiarkan Kang Emil bertarung sendirian, maka diprediksi mantan Wali Kota Bandung itu sulit meraih kemenangan. 

1. Ridwan Kamil-Suswono kewalahan hadapi Pramono-Rano

Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil - Suswono saat mendaftar ke KPU DKI Jakarta pada Rabu (28/8/2024). (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Lebih lanjut, individu yang dulu mendukung Anies Baswedan kini pelan-pelan mulai merapat ke kubu Pramono-Rano. Hal itu, kata Ujang, ditandai dengan bedol desanya sejumlah orang dekat Anies dan mendukung Pramono Anung. Belum lagi pendukung Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama juga sudah ada sejak awal di kubu yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP). 

"RK kini mulai kewalahan menghadapi Pramono-Rano yang gerakannya massif dan didukung oleh kelompok pendukung Anies dan Ahok. Jumlah mereka luar biasa besar di Jakarta. Bila pendukung Anies dan Ahok bersatu kan jadinya besar," tutur dia. 

Sementara, Kang Emil berharap Jokowi tidak memberikan dukungan kepada Pramono Anung. Sebab, relasi Pramono dan Jokowi diketahui tetap dekat. 

2. Ridwan Kamil dinilai sulit mendapat simpati warga Jakarta

Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil temui dengan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo (dok. Tim Media RIDO)

Lebih lanjut, Ujang menduga Kang Emil bakal tetap sulit mendapatkan simpati dari warga Jakarta, lantaran ia punya rekam jejak menghina warga Jakarta di media sosial. Mantan Gubernur Jawa Barat itu juga dianggap bukan warga Jakarta asli. 

"Kan kalau ingin menang, harus bisa mengantongi empat hal yaitu popularitas, elektabilitas, isitas, dan akseptabilitas. Akseptabilitas ini kan penerimaan warga Jakarta terhadap RK. Penerimaan warga Jakarta kan rendah terhadap RK," kata Ujang. 

Kelompok lainnya yang menolak Kang Emil adalah pendukung klub sepak bola Persija atau The Jakmania. "Kelompok pendukung Anies nolak, The Jakmania juga begitu. Ini lah kekurangan RK di Jakarta," tutur dia. 

Fenomena itu kemudian dijadikan materi kampanye hitam oleh kelompok lain. Pendukung Anies pun, kata Ujang, akhirnya sebagian memilih bermuara di kubu Pramono-Anung. Apalagi, majunya Kang Emil sejak awal didukung penuh oleh Jokowi. 

Analisa Ujang sejalan dengan kalimat Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto. Di dalam keterangan tertulisnya, Hasto mengatakan, manuver dari Kang Emil menemui Prabowo dan Jokowi sudah menunjukkan mentalitas kalah. Apalagi langkah itu ditempuh di tengah anjloknya hasil survei. 

Ia mengatakan langkah meminta restu dan pertolongan maju kontestasi politik seperti mengembalikan Indonesia ke budaya Orde Baru (Orba).

"Budaya restu-restuan itu adalah budaya lama, budaya orde baru. Berbeda dengan budaya anak muda, generasi milenial, gen Z yang mengedepankan prestasi. Itu bedanya. Harus turun ke bawah, dengan menampilkan gagasan yang baik, sehingga ketika RK datang ke Pak Jokowi itu menunjukkan sekali lagi mentalitas kalah, mentalitas bukan pejuang," kata Hasto pada 4 November 2024 lalu. 

3. Ridwan Kamil ngaku didukung dua presiden di Pilkada Jakarta

Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil (Tim Media RIDO)

Sementara, ketika ditemui di daerah Senayan, Jakarta Pusat, Ridwan Kamil mengatakan pertemuan dirinya dengan Jokowi dan Prabowo merupakan bentuk dukungan kepada paslon nomor urut satu tersebut. Ia membantah memiliki mentalitas kalah dengan menemui kedua presiden. 

"Dari pertemuan itu artinya dua presiden itu mendukung pasangan RIDO, udah itu aja. Jangan ditafsirkan macam-macam. Kalau tidak didukung, ngapain diterima diberikan waktu eksklusif, ngapain diposting di IG (Instagram)-nya masing-masing kan?" kata Ridwan. 

Ia menambahkan, bila pertemuan tersebut tidak dianggap istimewa oleh Prabowo dan Jokowi, maka keduanya tidak akan mengunggah peristiwa tersebut di akun media sosialnya masing-masing. Ia hanya akan diterima saja. 

"Itu menunjukkan secara tersirat bahwa kedua presiden itu mendukung. Untuk menutupi seolah-olah ada klaim bahwa yang didukung (paslon) lain, makanya saya balikin jangan suka ngeklaim. Itu intinya dua pertemuan itu," tutur dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us