Runtuhnya Rezim PKS di Depok setelah Berjaya 2 Dekade

- Rezim PKS di Kota Depok runtuk setelah dua dekade memimpin.
- Supian-Chandra unggul 53,7% dari Imam-Ririn di Pilkada 2024.
- Kekalahan PKS disebabkan kejenuhan warga, figur Imam yang kurang kuat, dan efektivitas kampanye Supian-Chandra.
Jakarta, IDN Times - Rezim PKS di Kota Depok runtuk setelah dua dekade berjaya memimpin daerah ini di kursi eksekutif. Kader PKS, Imam Budi Hartono keok saat ditantang oleh Supian Suri-Chandra Rahmansyah di Pilkada 2024.
Pada Pikada Depok 2024, PKS bersama Partai Golkar, PKN, PBB dan Partai Masyumi mengusung pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi Arafiq. Adapun, Supian-Chandra diusung oleh 12 partai, seperti PPP, PDIP, Gerindra, PKB, Demokrat, NasDem, hingga Partai Buruh.
Hasil penghitungan sementara Indikator Politik pada 27 November 2024 hingga pukul 20.26 WIB, Supian-Chandra unggul 53,7 persen dari Imam-Ririn yang memperoleh suara 46,3 persen.
Peneliti Indikator Politik, Bawono Kumoro menilai, beberapa variabel mempengaruhi runtuhnya rezim PKS di Kota Depok. Kejenuhan warga terhadap rezim PKS menjadi salah satu faktornya.
Stagnasi pembangunan memicu warga Kota Depok untuk mencari harapan baru di Pilkada 2024. Terlebih, pembangunan di kota ini sedikit tertinggal dibandingkan kota tetanggaya, seperti Tangerang Selatan dan Bekasi.
"Permasalahan-permasalahan kota seperti sampah, banjir menjadi atensi publik Kota Depok kalau kita tanyakan dalam survei," kata dia saat dihubungi IDN Times, Jumat (29/11/2024).
1. Figure Imam Budi Hartono kurang istimewa

Di sisi lain, Buwono menilai, figur Imam tidak cukup istimewa untuk menggaet hati para pemilih Kota Depok di Pilkada 2024. Bila dibandingkan dengan tokoh-tokoh PKS lain di pilkada sebelumnya, figur Imam masih kurang kuat.
Hal itu diperkuat dengan hasil jajak pendapat Indikator Politik jauh sebelum pencoblosan digelar.
"Survei di bulan Mei kita pernah rilis, memang dari situ sebenarnya secara top of mind, ketokohan Imam Budi juga nggak terlalu istimewa sebagai pentahana, tidak seperti ketokohan Nur Mahmud Ismail, tidak seperti ketokohan Mohammad Idris, jadi kualitas ketokohan, kualitas personalnya itu tidak sekuat dua figur tersebut gitu," kata dia.
2. Kampanye Supian-Chandra lebih efektif

Di sisi lain, Bawono menilai, bila dilihat dari sisi efektivitas kampanye, Supian-Chandra berhasil mencuri hati warga Kota Depok karena membawa embel-embel Prabowo.
Menurut dia, pasangan Supian-Chandra menikmati dukungan moral Prabowo dan Gerindra sebagai pemenang Pilpres 2024. Terlebih, keduanya menjual diri sebagai "Wali Kota Pilihan Prabowo" di baliho-baliho yang mereka pasang.
Bawono mencermati, kenapa penantang selalu kalah di Pilkada Kota Depok sebelum-sebelumnya, itu karena mereka tidak memanfaatkan kekuatan pusat.
"Supian-Candra menikmati itu, artinya dukungan moral politik dari presiden saat ini. Jadi itu yang juga menjadi faktor bagi kemenangan Supian-Candra ini berdasarkan hasil quick count Indikator Politik kemarin," tutur dia.
3. Runtuhnya rezim PKS bentuk evaluasi warganya

Direktur Eksekutif Puskapol Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana turut mengamini, kejenuhan warga Kota Depok terhadap rezim PKS telah mencapai puncaknya stelah dua dekade berjaya.
Pemilih Kota Depok disampaikan Aditya merupakan pemilih rasional yang berpendidikan tinggi. Masyarakat urban selalu haus terhadap informasi. Kritik terhadap politik kebijakan yang dilakukan PKS menjadi salah satu variabel mengapa rezim ini akhirnya runtuh.
Dia menilai warga Kota Depok merasa tak mendapatkan perubahan yang signifikan selama 20 tahun PKS berjaya. Buktinya, pembangunan fisik di kota berjuluk Kota Belimbing itu tak banyak berubah.
Aditya mengatakan warga Depok merupakan warga komuter, sehingga bisa membandingkan bagaimana kemajuan pembangunan di kota-kota tetangga, seperti Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi.
"Artinya memang ini adalah bagian dari evaluasi pemilih," ujar dia.
4. Kampanye PKS gagal gaet pemilih rasional

Lebih jauh, Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro justru menyoroti strategi kampanye PKS. Terlebih, pemilih Kota Depok itu adalah pemilih rasional.
Karakteristik pemilih di Kota Depok ditegaskan Agung hampir mirip dengan Jakarta karena kelas menengahnya cukup tinggi. Artinya, paslon yang berlaga di pemilu harus mampu mencuri hati para pemilih rasional tersebut.
"Program-programnya konkret nggak, janjinya jelas nggak. Kalau nggak ya susah," kata dia.
"Apalagi pemilihnya didominasi oleh millenial dan GenZ yang kita tahu sangat kritis. Apalagi strategi kampanyenya tidak relevan dengan kebutuhan mereka," kata dia.
5. PKS hormati pilihan warga Kota Depok

Sementara itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menghormati pilihan warga Kota Depok di Pilkada 2024. Hal ini menindaklanjuti keoknya PKS sebagai basis partai.
Menurut dia, perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Dia mengatakan, bagi PKS gampang untuk bangkit lagi di pemilu-pemilu yang akan datang.
"Ini cuma Mana yang kontestasinya beauty contens mamou membuat masyarakat suka, go on, kita optimis," kata dia.
Mardani mengaku tetap bangga dengan Imam Budi Hartono meskipun keok dari Supian-Chandra. Dia menegaskan, PKS merupakan partai kader.
Berbagai kitikan ini akan menjadi evaluasi yang mendalam bagi PKS di masa-masa mendatang. Bagi Mardani, Imam Budi Hartono merupakan investasi besar bagi PKS.
"Ya secara umum evaluasi itu pasti akan diadakan. Tetapi it's too early to make a decision today (Sekarang terlalu dini untuk mengambil kesimpulan), karena C1 masih kita kumpulkan. Kami itu, yang bikin kita bahagia result (hasil) nomor dua, tapi militansi kadir nomor satu," kata dia.