Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Teror Kepala Babi dan Tikus: Cara Baru Membungkam Kebebasan Pers

Ilustrasi kebebasan pers terancam (IDN Times/Sukma Shakti)
Intinya sih...
  • Paket misterius berisi kepala babi dengan telinga dipotong dikirim ke kantor Tempo, mengejutkan semua orang di sana.
  • Teror berlanjut dengan pengiriman paket lain berisi enam ekor bangkai tikus dengan kepala dipotong, membuat redaksi Tempo merasa takut..

Jakarta, IDN Times - Sebuah paket dikirim oleh seorang kurir ojek daring ke alamat redaksi Tempo pada 19 Maret 2025 lalu. Tidak ada nama pengirim dan alamatnya ketika paket diterima oleh satpam kantor Tempo

Semula nama penerima paket yang dituju juga kosong. Kurir ojek daring itu baru menulis penerima paket Francisca Christy Rosana di kantor satpam. Bahkan, kurir ojek daring meminjam pulpen kepada satpam untuk menulis nama penerima paket.

Namun, jurnalis perempuan yang akrab disapa Cica itu tidak berada di kantor pada Rabu dua pekan lalu. Cica baru menyambangi kantor usai liputan pada Kamis (20/3/2025). 

Paket itu kemudian dibawa oleh Cica dari kantor satpam ke lantai empat, ruang redaksi Tempo. Bau menyengat sudah tercium sejak paket dibuka oleh jurnalis Tempo lainnya, Hussein Abri Dongoran.

Hussein kemudian meminta tolong kepada office boy kantor agar paket tersebut dibukakan. Bau yang muncul semakin menyengat.

Paket aneh itu kemudian dibawa ke luar kantor. Ketika dibuka isinya ternyata berupa kepala babi dengan telinga yang sudah dipotong. Semua yang ada di kantor redaksi Tempo terkejut, tak terkecuali Cica. 

Semua kronologi itu disampaikan secara runut oleh Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat kepada media di Jakarta pada 27 Maret 2025 lalu. Aksi itu semula dianggap prank belaka.

Hingga kemudian masuk pesan langsung di akun Instagram Tempo. Ada beberapa unggahan di feed akun tersebut. Tetapi, foto profilenya individu yang mengenakan topeng. Pemilik akun itu bertanya apakah kepala babi yang dikirim cukup?

"Kalian tidak mau mendengar sih, bebal. Kalau kami bakar redaksi Tempo akan (terkesan) anarkis. Kami akan meneruskan teror sampai kantor kalian mampus!" demikian isi pesan tersebut dibacakan ulang oleh Bagja. 

1. Teror berlanjut dengan aksi peretasan terhadap keluarga jurnalis Tempo

Kantor Tempo mendapat kiriman kepala babi pada Rabu (19/3/2025). (Tempo/Praga Utama)

Cica sempat merespons kiriman kepala babi itu lelucon yang ia cuit melalui akun media sosialnya. Dengan nada bercanda, Cica berharap pelaku mengirim daging babinya saja, bukan kepala tanpa telinga. 

"Lain kali ngirim jangan kepala babi. Daging babi gitu lho yang enak. Mana telinganya udah gak ada," demikian cuit Cica pada 20 Maret 2025 lalu. 

Namun, Bagja mengatakan, cuitan Cica itu adalah bentuk penyangkalan bahwa ia takut dan terkejut.

"Kenyataannya ketika Cica tahu itu kepala babi, Cica itu menangis. Saya saja syok melihat kepala babi terpotong, lalu telinganya hilang. Darahnya masih ada di situ dan baunya luar biasa," ujar Bagja di Jakarta pada 24 Maret 2025 lalu. 

Teror terhadap Cica tidak sampai di situ. Ibunda Cica ikut menjadi sasaran teror. Akun pengiriman pesan WhatsApp ibunda Cica diretas. Sang ibu tinggal di satu daerah di Jawa Tengah. 

"Jadi, ibu Cica sedang melakukan kebaktian dan telepon selulernya sedang di-cash di rumah, tiba-tiba nomor itu dihubungi oleh keponakan Cica yang tinggal di kota lain. Panggilan itu dijawab dan yang merespons suara laki-laki," katanya. 

Keponakan Cica sempat menanyakan identitas pria yang mengangkat telepon.

"Lalu dijawab, 'Kalau kamu ingin tahu saya siapa, ayo keluar.' Panik lah, keponakannya ini lapor ke Cica. Cica lalu mengontak ibunya lewat WA, dijawab sedang berada di rumah. Padahal, ibunya sedang di gereja melakukan kebaktian," tutur dia. 

2. Paket enam ekor tikus dengan kepala terpotong

Enam ekor bangkai tikus dengan kepala dipotong yang ditujukan untuk redaksi Tempo. (Dokumentasi Istimewa)

Teror masih terus berlanjut. Pada Sabtu (22/3) pagi, redaksi Tempo mendapatkan paket lainnya. Paket itu dibungkus dengan kertas kado berwarna merah dan ditemukan oleh petugas kebersihan.

Ketika dibuka, paket itu berisi enam ekor bangkai tikus. Tikus terlihat baru ditangkap dari got lantaran ketika ditemukan masih dalam keadaan basah. Namun, yang membuat jeri, kepala dari enam ekor tikus itu dipotong. 

"Dari rekaman CCTV, paket itu dilempar dari luar kantor Tempo pukul 02.11 WIB. Keliatannya yang melempar satu orang. Tetapi, keliatannya orang ini tahu di mana posisi CCTV, sehingga ada melintas orang, terdengar suaranya. Paket itu sempat menimpa kap mobil lalu jatuh ke tanah," ujar Bagja. 

Redaksi Tempo merasa takut dan khawatir sebab enam ekor bangkai tikus itu melambangkan jumlah host dari program sinir Bocor Alus.

"Cica salah satu host tetapi dia satu-satunya perempuan di antara enam host itu," ucap dia.

Ia menilai teror kepala babi ditujukan memang spesifik kepada Cica. Apalagi, kata Bagja, liputan yang pernah dilakukan Cica menyangkut topik-topik sensitif, termasuk liputan khusus keluarga Presiden ke-7 Joko "Jokowi" Widodo, dan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden. 

"Kalau paket itu menyangkut personal Cica, mungkin dikirimnya ke rumah atau kost, bukan ke kantor. Selain itu, Cica merupakan host yang paling populer karena menjadi satu-satunya perempuan. Artinya, pengirim ini ingin punya dampak sehingga diketahui luas oleh publik," katanya. 

3. Mayoritas teror yang dialamatkan ke jurnalis Tempo tidak terungkap

Deretan aksi teror ke Redaksi Tempo. (IDN Times/Aditya Pratama)

Redaksi Tempo kemudian melaporkan teror kepala babi itu ke Bareskrim Mabes Polri pada 21 Maret 2025 lalu. Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo juga sudah memberikan instruksi agar menelusuri hingga tuntas siapa yang mengirimkan kepala babi dan bangkai tikus. 

Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri kemudian mendatangi kantor Tempo. Mereka kemudian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengambil rekaman CCTV. 

Dirtipidum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan, timnya tengah fokus menganalisis rekaman CCTV guna mengidentifikasi pengirim.

"Analisis video dilakukan dengan mengutamakan pencarian satu orang terhadap terduga pelaku yang belum teridentifikasi," ujar Djuhandhani di Jakarta pada 24 Maret 2025 lalu. 

“Tim mendatangi TKP dalam rangka koordinasi terkait laporan polisi serta mendata saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut,” imbuhnya. 

Pihak kepolisian mendalami kasus ini sebagai dugaan tindak pidana ancaman kekerasan dan atau menghalang-halangi kerja jurnalistik. Pasal yang disangkakan, yakni Pasal 335 KUHP dan/atau Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Bagja pun menyebut hingga kini belum ada perkembangan berarti dari penyelidikan teror tersebut. Ia mengatakan, teror sebelumnya yang menimpa jurnalis Tempo lainnya, Hussein Abri Dongoran juga sudah dilaporkan, tetapi hingga saat ini belum terungkap. 

Namun, dalam catatan redaksi Tempo, ini kali pertama kantor mereka diteror dengan menggunakan bagian tubuh dari mahluk hidup. Dalam pandangan Bagja, Tempo kerap menjadi sasaran teror lantaran kekuasaan di Tanah Air merasa terancam. 

"Sindrom kekuasaan ini terjadi karena siapapun yang berada di luar konsolidasi (kekuasaan) dianggap sebagai musuh. Akibatnya, ketika pers memiliki perspektif mengkritik maka hal itu dianggap sebagai opposite atau oposisi. Pers dianggap sebagai ancaman," tutur dia. 

4. Dewan Pers tagih penuntasan kasus ke Polri

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu dalam konferensi pers teror Tempo, Jumat (21/3/2025). (youtube.com/Dewan Pers)

Sementara, Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu menagih komitmen dari Polri untuk menuntaskan penyelidikan teror yang menimpa redaksi Tempo. Sebab, bila teror tersebut tidak tuntas, maka peristiwa serupa berpotensi terulang kepada masyarakat. 

"Jadi, peristiwa teror semacam ini tidak hanya bisa menimpa pers saja. Kalau ada perbedaan pandangan, kan ada hak jawab, hak koreksi. Jangan main intimidatif dan kekerasan," ujar Ninik di Jakarta pada 24 Maret 2025 lalu. 

Bila teror itu tetap terjadi maka Ninik mendorong personel kepolisian untuk mengungkapnya.

"Siapa pelakunya, apa motivasinya (melakukan teror). Bila ini tidak terbongkar, maka pembungkaman akan terus berlangsung. Intimidasi bisa lebih panjang dan menggunakan modus lain," tutur dia. 

Ninik juga menyayangkan peristiwa teror terhadap pers masih terjadi. Padahal, salah satu yang diperjuangkan dalam peristiwa reformasi 1998 adalah kebebasan pers.

"Demokrasi kita mundurnya kejauhan. Padahal, ini (kebebasan pers) adalah anak sulung reformasi," katanya. 

Ia pun berkomitmen untuk terus mengawal kasus teror yang menimpa Tempo, sambil ia mengajak agar jurnalis Tempo tidak takut terhadap teror yang ada. 

"Jika ini tidak terbuka, maka kekhawatiran dan ketakutan akan terus berlanjut. Tapi, selaku Ketua Dewan Pers, saya mengajak kawan-kawan jurnalis tidak usah takut. Ayo, tetap bekerja secara profesional," katanya. 

5. Komunikasi blunder pemerintah

Profil Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di saat situasi masih diselimuti ketakutan, komunikasi pemerintah justru blunder. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi justru menyarankan agar kepala babi yang dikirimkan ke redaksi Tempo dimasak saja. 

"Kalau kepala babi mah dimasak saja. Saya melihat media sosial Francisca, wartawan Tempo itu minta dikirimi daging babi. Artinya, dia gak merasa terancam kan?" ujar Hasan di Istana Kepresidenan pada 21 Maret 2025 lalu. 

Kalimat itu dilontarkan oleh Hasan tak lama usai Presiden Prabowo Subianto meminta kepada para pembantunya agar memperbaiki pola komunikasi mereka ke publik. Sontak respons Hasan itu membuat publik geram. Mereka menilai Hasan yang mewakili pemerintah tak memiliki empati. 

Pakar komunikasi politik, Effendi Ghazali menilai rasa ketakutan tidak bisa diminimalisasi dengan meminta agar kepala babi itu dimasak. Kepala babi tersebut, kata Effendi, sudah menjadi bangkai, sehingga membutuhkan ilmu yang mumpuni untuk mengolahnya dan layak untuk dikonsumsi. 

"Itu kalau mau mengadu pernyataan secara low context. Kan bisa saja disampaikan secara pendek dan mengutip kalimat presiden, 'Cica, tenang saja, kami bersama Anda'. Itu kan lebih efektif," ujar Effendi di Jakarta, 24 Maret 2025u. 

Di sisi lain, Effendi turut mengamini pernyataan Ninik bahwa teror serupa juga bisa dialamatkan ke warga sipil. Apalagi kini banyak juga pemengaruh (influencer) di media sosial yang bersikap kritis. 

"Nanti, teror ini bisa ikut berpaling ke publik seperti yang disinggung oleh masyarakat sipil," katanya. 

Ia juga menyentil penggunaan pola komunikasi Hasan. Sebab, kini pemerintah diprediksi akan sulit memberikan jawaban bila pelaku teror tidak juga diungkap. Apalagi kini semakin banyak mata yang mengawasi. 

Sementara, Cica tetap terus menjalani tugasnya sebagai jurnalis. Ia tetap melakukan peliputan ke lapangan meski mendapat pengawalan. Melalui akun media sosialnya, Cica mengatakan, tidak akan memenuhi keinginan para pelaku terror. 

"Kepada semua jurnalis perempuan jangan takut. Karena mereka yang melakukan intimidasi adalah sesungguhnya pihak yang takut terhadap kebenaran," katanya, dikutip dari platform X pada Minggu (30/3). 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Jujuk Ernawati
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us