Veronica Tan: Perempuan Kini Tulang Punggung Keluarga

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, mengatakan kini perempuan tidak lagi hanya sebagai tulang rusuk suami, tetapi semakin banyak perempuan menjadi tulang punggung keluarga.
"Kita lihat sekarang, banyak sekali perempuan yang berjuang sebagai sebagai tulang punggung keluarga. Selain sebagai tulang punggung keluarga, perempuan juga dituntut dapat menjadi manajer keluarga," kata dia dalam keterangannya, Jumat (2/5/2025).
1. Perempuan jadi manajer keluarga, tak ada sekolahnya

Dia menyoroti bagaimana peran perempuan yang kerap menjadi manajer dalam keluarga. Hal ini tidak ada dalam pelajaran sekolah. Perempuan, kata dia membuktikan diri bahwa mereka berdaya.
Namun dalam prosesnya di tengah sosial, pekerjaan perempuan dalam rumah tangga seringkali tidak diakui sebagai sebuah profesi.
"Ketika para suami bekerja, para istri inilah yang bertanggungjawab penuh mengelola keluarga dan mendidik anak. Jadi saya titip ke pemerintah daerah, libatkan perempuan minimal 30 persen dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Suara mereka berharga dan harus dipertimbangkan," ujar dia.
2. Sebanyak apa pun anak adalah hak, tapi pertimbangkan kemampuan ekonomi

Di sisi lain, dia mengajak masyarakat untuk bisa melakukan perencanaan keluarga. Menurut dia, setiap keluarga punya hak ingin mempunyai jumlah anak, tetapi tetap harus pertimbangkan kemampuan ekonomi orangtua dan memberi kesetaraan bagi tiap anak, baik laki-laki dan perempuan.
"Mau punya anak berapa pun, itu hak tiap orangtua, tetapi pertimbangkan juga kemampuan ekonomi orangtua dan kemampuan untuk memberi kesetaraan yang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan. Anak-anak adalah tanggungjawab utama orangtua. Selain itu, keluarga berkualitas wajib memastikan anak tidak stunting dengan memberikan gizi yang baik," ujar dia.
3. Agar menghasilkan keluarga dan anak-anak berkualitas

Perencanaan keluarga dilakukan agar menghasilkan keluarga dan anak-anak yang berkualitas. Semua keluarga harus punya pola pikir baru bahwa memiliki anak harus dibarengi dengan perencanaan keluarga yang matang.
Hal tersebut, kata dia, supaya anak-anak yang dilahirkan terpenuhi kualitas tumbuh kembangnya. Kemudian, memiliki anak pun butuh pertimbangan yang matang.