Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

87 Truk Bantuan Tiba di Gaza untuk Pertama Kalinya Sejak Blokade

ilustrasi truk bantuan (Israel Defense Forces, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Kantor Media Pemerintah Gaza, pada Rabu (21/5/2025), mengumumkan bahwa sebanyak 87 truk bantuan telah memasuki Jalur Gaza setelah sempat mengalami penundaan. Ini merupakan pengiriman bantuan pertama ke wilayah tersebut sejak Israel menutup penyeberangan perbatasan pada Maret lalu.

"Bantuan tersebut dialokasikan kepada beberapa organisasi internasional dan lokal sebagai bagian dari upaya untuk mendistribusikannya kepada rakyat Palestina guna membantu memenuhi sebagian dari kebutuhan kemanusiaan mendesak mereka," kata direktur jenderal kantor tersebut, Ismail Al-Thawabteh, kepada Anadolu.

Kantor tersebut sebelumnya menyatakan bahwa Gaza membutuhkan minimal 500 truk yang membawa bantuan medis dan makanan, serta 50 truk bahan bakar setiap harinya. Warga di sana telah berada di ambang kelaparan parah akibat blokade yang diberlakukan Israel selama lebih dari 2 bulan terakhir.

1. Pengiriman bantuan sempat tertunda

Dilansir dari France24, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mulai mendistribusikan bantuan yang masuk ke Jalur Gaza.

"PBB pada Rabu mengumpulkan sekitar 90 truk barang dari penyeberangan Kerem Shalom dan mengirimkannya ke Gaza," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Israel sebelumnya mengumumkan bahwa sebanyak 98 truk yang membawa bantuan penting seperti makanan bayi, tepung, peralatan medis, dan obat-obatan akan memasuki Gaza pada Senin dan Selasa (19-20/5/2025). Namun, nyatanya tak ada satu pun dari bantuan tersebut keluar dari area bongkar muat di perbatasan Kerem Shalom.

Dujarric menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena otoritas Israel hanya mengizinkan tim PBB untuk melewati satu jalur yang dianggap sangat padat dan tidak aman.

2. Jumlah bantuan yang masuk tidak dapat mencukupi kebutuhan anak-anak di Gaza

Direktur Eksekutif Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Catherine Russell, mengungkapkan bahwa bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di wilayah tersebut.

“Anak-anak di Gaza terus terbunuh, terluka, dan kehilangan bantuan. Beberapa truk yang datang membawa bantuan untuk menyelamatkan nyawa tidak mencukupi dan belum menjangkau mereka yang sangat membutuhkan,” tulis Russell di X.

Kepala Kemanusiaan PBB (OCHA), Tom Fletcher, juga mengatakan bahwa jumlah truk yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut ibarat setetes air di lautan dan sangat tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan 2,1 juta penduduknya.

Menurut PBB, selama gencatan senjata 42 hari pada awal 2025, sebanyak 4 ribu truk bantuan memasuki Gaza setiap minggunya. Sebelum perang meletus pada Oktober 2023, sekitar 500 truk bantuan kemanusiaan masuk setiap hari.

3. Satu dari lima warga Gaza alam kelaparan

Menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), setengah juta orang, atau satu dari lima warga Palestina, menghadapi kelaparan. Sementara sisanya mengalami tingkat ketidakamanan pangan akut yang tinggi.

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa sedikitnya 57 anak telah meninggal dunia akibat dampak kekurangan gizi sejak dimulainya blokade pada 2 Maret.

Koordinator darurat Dokter Tanpa Batas (MSF) di Gaza, Pascale Coissard, mengatakan bahwa Israel hanya mengizinkan makanan dan obat-obatan masuk ke Gaza demi menciptakan kesan bahwa blokade telah berakhir.

“Keputusan otoritas Israel untuk mengizinkan bantuan dalam jumlah yang sangat tidak memadai setelah berbulan-bulan pengepungan total menunjukkan niat mereka untuk menghindari tuduhan bahwa mereka sengaja membuat warga Gaza kelaparan, padahal kenyataannya mereka hanya dibiarkan nyaris bertahan hidup,” kata Coissard, dilansir dari Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us