Anggota Kongres Palestina-Amerika Tolak Dukung Harris di Pemilu AS

- Rashida Tlaib menolak mendukung Kamala Harris dalam kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat.
- Tlaib mengkritik Partai Demokrat terkait konflik di Gaza dan tidak memasukkan pembicara Palestina-Amerika dalam konvensi partai.
- Michigan menjadi barometer penting dalam dinamika politik terkait konflik Gaza dengan 43 persen pemilih Muslim Amerika mendukung kandidat Partai Hijau, Jill Stein.
Jakarta, IDN Times - Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) dari Michigan, Rashida Tlaib, menolak memberikan dukungan kepada Kamala Harris dalam kampanye pemilihan presiden. Penolakan ini disampaikan saat rapat kampanye United Auto Workers di Detroit pada Jumat (1/11/2024).
Tlaib merupakan perempuan Palestina-Amerika pertama yang menjabat di Kongres AS. Ia tercatat sebagai satu-satunya anggota kelompok progresif "Squad" yang tidak mendukung Harris.
Tiga anggota Squad lainnya yaitu Ayanna Pressley dari Massachusetts, Ilhan Omar dari Minnesota, dan Alexandria Ocasio-Cortez dari New York telah menyatakan dukungan mereka sejak Juli lalu.
"Jangan meremehkan kekuatan yang kalian miliki. Lebih dari sekedar iklan, tanda di halaman rumah, atau papan reklame, kalian memiliki kekuatan lebih besar untuk menggerakkan orang-orang yang paham bahwa kita harus melawan keserakahan korporasi di negara kita," ujar Tlaib, dikutip dari The Guardian.
1. Kritik keras Tlaib terhadap kebijakan pemerintahan Biden-Harris
Tlaib telah mengkritik keras sikap Partai Demokrat terkait konflik yang semakin berdarah di Gaza. Dilansir dari Fox News, dalam sebuah wawancara dengan Zeteo, Tlaib menyatakan bahwa trauma dan penderitaan rakyat Palestina diabaikan oleh kedua partai politik AS.
"Satu partai menggunakan identitas kami sebagai hinaan, dan partai lain menolak mendengarkan kami. Di mana rasa kemanusiaan bersama? Mengabaikan kami tidak akan menghentikan genosida," kata Tlaib.
Tlaib juga mengkritik Partai Demokrat karena tidak memasukkan pembicara Palestina-Amerika dalam konvensi partai di Chicago pada Agustus lalu. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa partai lebih menghargai anak-anak Israel dibanding anak-anak Palestina.
2. Dampak konflik Gaza terhadap pemilih Michigan
Michigan, yang memiliki populasi Arab-Amerika terbesar di AS, menjadi barometer penting dalam dinamika politik terkait konflik Gaza. Pada pemilihan pendahuluan sebelumnya, sekitar 100 ribu pemilih Michigan memilih opsi "abstain". Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap dukungan pemerintahan Biden untuk Israel.
Sebuah survei yang dirilis pada Jumat (1/11) menunjukkan bahwa 43 persen pemilih Muslim Amerika mendukung kandidat Partai Hijau, Jill Stein. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan Demokrat bahwa skenario pemilu 2016 bisa terulang. Saat itu, suara untuk kandidat pihak ketiga mempengaruhi hasil di negara bagian penting seperti Michigan dan Wisconsin.
Melalui media sosial X, Tlaib mengkritik pemerintahan Biden yang terus mendukung Israel.
"Ini seharusnya menjadi peringatan bagi mereka yang terus mendukung genosida. Seharusnya, pemilihan tidak harus seketat ini," tulisnya, dilansir dari Daly Mail.
3. Strategi kampanye Harris hadapi isu Gaza

Dilansir Fox News, kampanye Harris berusaha menarik dukungan pemilih Yahudi dan Muslim dengan pendekatan berbeda.
Dalam iklan Facebook yang ditujukan untuk pemilih Yahudi di Pennsylvania, Harris menegaskan dukungannya terhadap hak Israel untuk membela diri. Sementara, dalam iklan yang ditargetkan untuk pemilih Muslim di Michigan, ia menyatakan keprihatinan terhadap penderitaan warga Gaza.
Harris terus menghadapi protes dalam kampanyenya. Demonstran menuntut agar ia memisahkan diri dari kebijakan Presiden Biden dan mendukung embargo senjata terhadap Israel.
"Saya ingin gencatan senjata. Saya ingin kesepakatan sandera tercapai. Saya ingin perang berakhir," jawab Harris saat dikonfrontasi seorang demonstran.
AS tetap menjadi sekutu kuat Israel selama perang, termasuk mengirim persenjataan dan membatasi kritik publiknya terhadap tindakan Israel. Perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang di Gaza dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.